TEMPO.CO, Jakarta-Selain dengan menghentikan kebiasaan merokok, risiko terjadinya kanker bisa dijauhi dengan melakukan langkah penting lain, yakni penurunan berat badan. Demikian diungkapkan Kathy Chapman, Director of the Health Strategies Division of the Cancer Council New South Wales, Australia.
“Banyak orang yang tidak menyadari bahwa kelebihan berat badan dan obesitas adalah faktor-faktor yang menjadi risiko atas terjadinya kanker payudara dan kanker usus besar, serta jenis kanker yang jarang terjadi yaitu endometrium dan esofagus," ujar Chapman seperti dikutip situs Sydney Morning Herald edisi 26 Agustus 2013.
Salah satu alasan mengapa kelebihan berat badan menaikkan risiko terkena kanker adalah karena terlalu banyak lemak, terutama di sekitar perut dan hal ini bisa menyebabkan naiknya hormon dan peradangan kimiawi di dalam tubuh. Hal tersebut, kata Chapman, kemudian akan mendorong tumbuhnya sel-sel kanker.
Namun, selain membantu untuk mencegah terjadinya kanker, kata Dr Marina Reeves dari National Breast Cander Fondation di University of Queensland, mempunyai berat tubuh sehat juga kemungkinan bisa meningkatkan kemampuan bertahan hidup para penderita kanker payudara dan kanker usus besar. Saat ini kanker payudara dialami oleh satu dari delapan wanita Australia sementara kanker usus besar terjadi pada satu di antara 12 orang.
“Ada bukti kuat bahwa wanita yang mengalami obesitas saat dia didiagnosis terkena kanker payudara baik sebelum maupun sesudah menopause, tidak hanya menyebabkan penyakit itu sendiri tetapi juga kemampuannya untuk bertahan hidup menurun,” ujar Reeves.
Yang belum diketahui adalah apakah penurunan berat badan intensif setelah terdiagnosis kanker payudara bisa membantu para wanita dari penyakit yang dialaminya. “Ada juga bukti bahwa penderita kanker payudara bisa bertahan hidup dengan olahraga,” ucap Reeves.
“Langkah ini membantu menurunkan level peradangan kimiawi dan insulin, sebuah hormon yang bisa mencetuskan terjadinya kanker dan efek-efek ini terpisah dari penurunan berat badan.”
SYDNEY MORNING HERALD | ARBAIYAH SATRIANI