TEMPO.CO, SARAJEVO—Sekitar 140 pekerja tambang Bosnia bertahan di dalam tanah dengan kedalaman 250 meter untuk menuntut kenaikan gaji, Selasa 3 September 2013. Para pekerja di tambang batu bara Djurdjevik dekat Kota Tuzla itu juga mengancam akan mogok makan jika tuntutan mereka tidak dipenuhi.
Insiden ini bermula saat para pekerja berang mendengar kabar manajemen perusahaan merekrut karyawan baru untuk menangani masalah administrasi. Padahal terdapat kesepakatan antara pemerintah dengan serikat pekerja yang akan menunda perekrutan staf non-produksi hingga upah para pekerja naik.
"Situasinya sangat dramatis. Mereka menolak berunding dengan pihak manajemen,” kata pemimpin serikat buruh tambang Bosnia, Said Muhic.
Serikat pekerja tambang sejak lama mengeluhkan upah yang kerap terlambat dibayarkan, kondisi kerja yang berat serta minimnya peralatan modern di tambang. Para pekerja juga mengeluhkan kesenjangan antara upah staf administrasi dengan buruh. Rata-rata upah buruh tambang Bosnia mendapat upah 310 euro atau Rp 4,6 juta sebulan.
Tambang Djurdjevik memperkerjakan 1.000 orang dan memproduksi 600 ribu ton batu bara setiap tahun. Pejabat perusahaan EPBiH dan manajemen tambang Djurdjevik menolak berkomentar ihwal unjuk rasa ini. Pemerintah sebagai pemilik saham terbesar EPBiH akan membahas situasi ini dalam rapat kabinet hari ini.
Bosnia memiliki puluhan tambang, sebagian besar adalah batu bara dan bauksit. Berdasarkan data serikat pekerja tambang, industri ini mempekerjakan 12 ribu-15 ribu orang.
L REUTERS | SITA PLANASARI AQUADINI