TEMPO.CO, Sumenep - Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, memprediksi produksi garam rakyat di Sumenep tahun ini bakal merosot sebanyak 83 ribu ton dibanding tahun sebelumnya. "Kemarau basah yang sempat terjadi membuat masa panen garam lebih pendek," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sumenep, Mohammad Djakfar, Jumat, 6 September 2013.
Data Dinas Kelautan dan Perikanan menyebutkan, total luas area lahan tambak garam di Sumenep kurang-lebih 2.000 hektare. Jika musim kemarau berjalan normal selama lima atau enam bulan, produksi garam bakal mencapai 212 ribu ton. Namun saat ini, kata Djakfar, musim kemarau diprediksi hanya berlangsung dua bulan. "Jika normal, produksi garam berarti hanya 129 ribu ton," ia menerangkan.
Djakfar berharap, penurunan produksi garam ini bisa meningkatkan harga jual garam rakyat. Minimal, kata dia, sesuai dengan harga eceran tertinggi, yaitu Rp 750 per kilogram untuk garam kualitas 1 dan Rp 550 per kilogram untuk kualitas 2. "Jadi petani bisa meraup untung, meski produksi menurun," katanya.
Sementara itu, Ketua Paguyuban Petani Garam Rakyat Sumenep Hasan Basri memprediksi produksi garam rakyat menurun sekitar 40 persen akibat kemarau basah tahun ini. "Luas areal kita 1.850 hektare, dengan rata-rata produksi 180 ribu ton," katanya. Lahan garam rakyat ini tersebar di Kecamatan Kalianget, Saronggi, Pragaan, Pulau Gili Genting, dan Kecamatan Dungkek.
MUSTHOFA BISRI (SUMENEP)