TEMPO.CO, Pamekasan - Gara-gara gagal menanam tembakau akibat kemarau basah, ratusan orang dari berbagai desa di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, ramai-ramai pergi merantau.
Suasana haru tampak di terminal bus Tlanakan, Pamekasan, Rabu, 11 September 2013. Sejumlah perempuan menangis saat melepas suami atau anak mereka yang hendak naik bus untuk merantau.
Baca Juga:
"Saya banyak utang gara-gara gagal tanam tembakau," kata Sucipto, salah seorang perantau asal Desa Kertagena, Kecamatan Kadur. Jika terus diam di rumah sambil menggarap lahan, Sucipto yakin tak akan mampu membayar utangnya.
Merantau dianggap sebagai solusi tepat. Tujuan Sucipto dan sekitar 24 lelaki dari desa itu adalah menjadi buruh kebun kelapa sawit di Tarakan, Kalimantan Timur. "Ada teman yang sukses di sana, saya mau mengadu nasib juga ke sana," ujar Toni, perantau lainnya.
Tidak hanya dari Desa Kertagena. Eksodus perantauan juga berasal dari beberapa desa, seperti Bicorong, Pakong, Bajang, dan Somalang, dan Kecamatan Pakong. Serta dari Desa Sumber Waru, Kecamatan Waru; warga Desa Sokalelah; Gagah; Bungbaruh; Kertagena Tengah; dan warga Desa Kertagena Dajah, Kecamatan Kadur.
Hakim, salah seorang warga Pakong, mengaku punya tujuan lain, bukan menjadi buruh kelapa sawit. Dia ingin menjadi sopir truk batu bara di Kabupaten Kutai Timur, Kaltim. Sebelumnya, sudah ada 24 warga desanya yang eksodus ke Kalimantan gara-gara gagal tanam tembakau.
"Hanya tembakau harapan punya uang, hasil bumi lainnya cukup buat makan," kata bapak satu anak ini.
Husnul, perangkat Desa Bicorong, mengatakan eksodus semacam ini biasa terjadi setiap kali gagal tanam tembakau. Jika berhasil di perantauan, setahun mereka akan pulang kembali. "Banyak juga yang gagal," katanya.
Wakil Ketua DPRD Pamekasan Khairul Kalam menilai eksodus besar-besaran ini akibat kegagalan pemerintah menyejahterakan petani. Akibatnya, profesi petani mulai ditinggalkan karena dianggap kurang menghasilkan banyak uang.
"Padahal pertanian itu penting, jika dikelola dengan baik, bisa menjadi lumbung uang," katanya.
Salah satunya, pemerintah harus membiasakan petani menanam varietas tanaman lain selain tanaman wajib, seperti jagung, padi, dan tembakau. "Jadi, ketika yang satu gagal, tanaman lain masih bisa diharapkan," ujar Khairul.
MUSTHOFA BISRI
Berita Terpopuler
Orang Malaysia Lebih Bahagia Ketimbang Indonesia?
Penahanan Aktivis Antikorupsi Makassar Diprotes
Ingin Jadi Presiden, Dahlan: Saya Menjemput Takdir
Ditembak, DPR Nilai Bripka Sukardi Salahi Prosedur
Mabes Polri Mutasi Tujuh Kapolda