TEMPO.CO, Jember-Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Hasyim Muzadi melayat dan mengikuti tahlilan di rumah almarhum Eko Mardi Santoso, korban kerusuhan di Kecamatan Puger, Jember, Senin, 16 September 2013 petang. Hasyim mengaku prihatin dengan bentrokan berdarah Rabu pekan lalu itu. "Saya takziyah, turut berduka cita atau belasungkawa sekalian ikut tahlilan," ujar dia.
Hasyim mengaku ingin ikut membantu memfasilitasi upaya rekonsiliasi dua pihak yang bertikai di Puger. Dalam kesempatan itu pengasuh Pesantren Al Hikam Malang itu juga bertemu dengan sejumlah kiai dan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Jember dan PCNU Kencong. Ia berharap NU bisa menjadi pengayom warga lainnya. "Yang mayoritas seperti NU harus lebih menguatkan dakwah, yang memberi pemahaman ideologi keagamaan dan kebangsaan kepada ummat," katanya.
Dalam konflik di Puger itu, kata dia, nuansa pertentangan Syiah dan Sunni memang muncul. Namun menurutnya, faktor-faktor lain juga tidak boleh diabaikan. "Tidak ada konflik bernuansa agama yang berdiri sendiri. Mesti bercampur faktor lain seperti soal ekonomi, peranan, dan lainnya," kata dia.
Kasus di Puger itu, kata Hasyim, tidak bisa hanya diselesaikan secara hukum oleh pemerintah dan aparat hukum. Pasalnya, konflik itu juga dipicu faktor perbedaan paham dan keyakinan masyarakat.
Aparat pemerintah dan kemanan, kata dia, biasanya cenderung melokalisasi hal-hal yang bersifat ideologis agar masalah yang terjadi tidak menjadi isyu nasional atau internasional. "Jadi harus lebih dikuatkan kerja sama ulama dengan aparat. Biarlah aparat menyelesaikan soal hukumnya, ulama ikut menyelesaikan akarnya," kata dia.
Sebelumnya, Kepolisian Daerah Jawa Timur menetapkan 17 orang tersangka rusuh puger. Mereka ditangkap menyusul bentrokan berdarah Rabu pekan lalu.
MAHBUB DJUNAIDY