Namun, menurut Ketua The Fed, Ben Bernanke pada akhir tahun masih ada kemungkinan stimulusnya dipotong. "Tidak ada kalender tetap," kata Bernanke kepada wartawan dalam konferensi pers usai pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) seperti dilansir AFP, Kamis, 19 September 2013.
Bernake mengatakan, pihaknya tak akan gegabah memotong stimulus. "Pemotongan stimulus terikat dengan data-data. Jika data-data sesuai dengan pemahaman kami maka pada akhir tahun mulai melakukan pemotongan stimulus." Pemotongan stimulus tergantung pada kemajuan perekonomian.
Dalam berbagai analisis, FOMC diperkirakan memotong stimulus yang senilai US$ 85 miliar per bulan pada pertemuan Rabu kemarin. Namun para anggota FOMC masih mewaspadai dari dampak lonjakan suku bunga selama empat bulan serta pemotongan pengeluaran pemerintah yang sedang tumbuh.
Sebelumnya, pemerintah Indonesia menyatakan siap menghadapi keputusan The Fed. "Kami sudah mengantisipasi semua dan menghitung apapun kemungkinannya. Jadi (pasar) tidak perlu panik dan khawatir," kata Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa kemarin.
Pernyataan Hatta merespons salah satu rencana The Fed menarik dana likuiditas (tapering off) dari negara-negara berkembang per September ini. Keyakinan Hatta salah satunya berasal dari sudah ada beberapa kebijakan Bilateral Swap Agreement (BSA) yang telah dijalin Indonesia dengan beberapa negara Asia untuk mengadakan cadangan dana siaga jika tapering off terjadi.
Antisipasi penarikan stimulus Quantitative Easing tahap ketiga (QE3) yang diperkirakan bakal mendorong keluarnya arus modal tersebut, kata Hatta, bisa dihadapi salah satunya dengan dana second line of defense sebesar US$ 17,5 miliar. Dana itu diperoleh melalui BSA dengan pemerintah Jepang sebesar US$ 12 miliar dan dana cadangan pemerintah US$ 5,5 miliar.
AFP | ERWAN HERMAWAN