TEMPO.CO, Jakarta - Minimnya sentimen positif dari bursa regional membuat pelaku pasar memilih untuk merealisasikan keuntungan.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia hari ini mengalami koreksi 86,90 poin (1,86 persen) ke level 4.583,83. Indeks mengalami tekanan jual yang cukup tinggi menyusul kenaikan signifikan pada perdagangan sebelumnya.
Kepala Riset PT Batavio Prosperindo Sekuritas, Andy Ferdinand, mengatakan pasar menanti sentimen baru setelah bank sentral Amerika Serikat (The Fed) memutuskan belum akan mengurangi stimulusnya. "Karena minim sentimen positif, pasar kembali bersikap wait and see."
Kenaikan tajam indeks pada perdagangan Kamis 19 September 2013, atau setelah pengumuman The Fed, telah mengerek harga saham menembus level resistannya. Karena harga saham sudah terlalu mahal, pelaku pasar mengalami jenuh beli sehingga memilih untuk mengambil untung.
Menurut Andy, keputusan The Fed berada di luar ekspektasi pelaku pasar karena pasar telah begitu yakin bahwa The Fed akan mengurangi stimulusnya. Keputusan ini baik untuk jangka pendek, namun di jangka panjang justru semakin dihantui ketidakpastian.
Menurut dia, dengan ditundanya pengurangan stimulus, pasar akan kembali panik setiap menjelang pertemuan The Fed atau menjelang rilis data-data ekonomi dan ketenagakerjaan AS. "Ketergantungan yang tinggi terhadap isu stimulus akan membuat bursa saham terus volatil," ujar Andy.
Saham yang berpindah tangan hari ini mencapai 7,3 miliar lembar saham senilai Rp 6,2 triliun dengan frekuensi 147,8 ribu kali transaksi. Asing mencatat penjualan bersih Rp 76 miliar.
Bursa regional cenderung melemah hingga 17.30 WIB. Nikkei 225 melemah 0,16 persen, Strait Times melemah 0,44 persen, bursa India turun 1,85 persen, sementara bursa Shanghai dan Hang Seng libur.
PDAT | M. AZHAR