TEMPO.CO, Kupang - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dinilai mengabaikan kasus hukum yang dialami tenaga kerja wanita (TKW) asal Kabupaten Belu, Wilfrida Soik, yang terancam hukuman mati di Malaysia karena diduga membunuh majikannya.
"Saya melihat tidak ada upaya dari Pemerintah Provinsi NTT untuk mengambil sikap agar bisa menuntaskan kasus yang dialami Wilfrida Soik," kata anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah NTT, Stanis Tefa, kepada Tempo, Senin, 23 September 2013.
Menurut Stanis, Pemerintah Provinsi NTT maupun Pemerintah Kabupaten Belu seharusnya segera mengambil sikap, terutama menyiapkan bantuan hukum agar Wilfrida Soik bisa lolos dari jeratan hukuman mati. "Ada warganya yang akan dihukum mati di Malaysia, pemerintah daerah, kok, diam-diam saja," ujarnya dengan nada kesal.
Stanis juga menegaskan, DPRD NTT telah menyetujui penggunaan anggaran Rp 1,9 miliar agar Pemerintah Provinsi NTT, khususnya Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Nakertrans) NTT, menangani kasus tersebut.
Anggaran tersebut, kata Stanis, bisa digunakan untuk berbagai keperluan guna memberikan bantuan kepada Wilfrida Soik, termasuk menjenguknya ke Malaysia untuk memberikan kekuatan moril kepadanya. Namun, tidak ada satu pun upaya yang dilakukan. "Saya justru mengapresiasi warga luar NTT yang memberikan perhatian terhadap Wilfrida Soik," ucap Stanis.
Baca Juga:
Sekretaris Nakertrans NTT, Joakim Kotan, mengatakan kasus Wilfrida Soik ditangani langsung oleh pemerintah pusat, yakni Kementerian Nakertrans dan BNP3 TKI. "Itu menjadi urusan Kemenakertrans dan BNP3 TKI," tuturnya.
Wilfrida Soik ditangkap polisi Pasir Mas di sekitar Kampung Chabang Empat, Tok Uban, Kelantan, Malaysia, pada 7 Desember 2010. Wilfrida Soik dituduh mmbunuh majikan perempuannya, Yeap Seok Pen, 60 tahun, di Kota Bharu, Kelantan, Malaysia. Kasus Wilfrida Soik saat ini memasuki pengadilan tingkat pertama.
Wilfrida Soik diberangkatkan ke Malaysia oleh agen individual pada 23 Oktober 2010. Dia menempuh perjalanan dari Kupang-Jakarta-Batam-Johor Bahru. Kemudian dibawa ke Kota Bahru untuk dijadikan sebagai pembantu rumah tangga.
YOHANES SEO