TEMPO.CO, Surabaya - Ketua Tim Rekonsiliasi Syiah Sampang Abdul A'la mengatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginginkan persoalan Sampang cepat selesai dan kedua belah pihak yang berkonflik bisa kembali berdamai dan hidup rukun menjadi tetangga meskipun berbeda keyakinan. "Tetapi bukan perdamaian yang sifatnya hanya formalitas di atas kertas saja, melainkan benar-benar damai. Tidak ada rekayasa, itu keinginan Pak Presiden," katanya saat dihubungi Tempo, Rabu, 25, September 2013.
Menurut A'la, meskipun piagam perdamaian telah ditandatangani oleh warga Syiah dengan beberapa orang yang mengatasnamakan perwakilan masyarakat Sampang, tapi situasi belum benar-benar kondusif. Dia menyebutkan masih akan menelusuri yang terlibat langsung dalam penandatangan perdamaian merupakan masyarakat yang terlibat konflik atau tidak. "Jika dalam penandatanganan tersebut dilakukan oleh kelompok di luar pihak yang berkonflik, maka piagam perdamaian hanya akan menjadi formalitas dan tidak bisa menyelesaikan persoalan," ujarnya.
A'la mengatakan, berdasarkan informasi yang didapat dari bawah, belum semua pihak yang berkonflik mau menerima warga Syiah untuk kembali ke kampung halamannya. "Masih ada pihak yang terlibat konflik maupun yang menjadi korban dalam konflik masih menyimpan rasa dendam," katanya.
Strategi tim rekonsiliasi, kata dia, untuk mendamaikan mereka yang masih dendam dengan dengan pendekatan secara kekeluargaan. Caranya yaitu melibatkan kerabat dekat kedua belah pihak untuk silaturahim untuk mencari solusi agar persoalan ini bisa selesai. "Ke depan, mereka akan terus kita ajak untuk berkunjung ke warga Syiah," katanya.
ARIEF RIZQI HIDAYAT