TEMPO.CO, Purwokerto - Tertangkapnya seekor macan tutul (Panthera pardus melas) di Desa Kuta Agung Kecamatan Dayeuhluhur Cilacap, Jawa Tengah, membuat trauma penduduk setempat. Mereka berharap agar macan itu dilepaskan kembali ke hutan di desa itu karena takut ada serangan balasan dari macan lainnya. “Tolong jangan dibawa ke tempat lain, lepaskan saja di hutan asalnya,” kata Fredyansah, aktivis lingkungan desa setempat, Jumat 27 September 2013.
Macan tutul terperangkap di jerat babi hutan yang dipasang warga setempat. Macan ditemukan pada Kamis pagi dan saat ini sudah dibawa ke Kebun Binatang Serulingmas Banjarnegara. Fredi mengatakan, masyarakat di desanya percaya jika macan itu tak dilepaskan, akan ada serangan balasan.
Sepuluh tahun lalu seekor macan pernah mati akibat memakan racun yang dipasang untuk menangkap babi hutan. Setelah kejadian itu, sekelompok macan lainnya meneror warga setempat. Takut terkena serangan macan, penduduk pun mengungsi. Karena itu Fredi dan penduduk lainnya meminta Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) untuk melepaskan kembali macan itu di hutan Bukit Pembarisan. “Kami tak ingin ada balas dendam dari macan-macan itu,” katanya.
Menurut Fredi saat ini sedang musim kawin bagi macan-macan, sehingga pejantan menjadi sangat agresif dalam mencari makan. Macan-macan itu kemudian mengikuti babi hutan yang turun gunung mencari makan di pemukiman warga. “Kami menduga ekosistem hutan sudah rusak sehingga hewan turun ke pemukiman penduduk,” katanya.
Executive Officer Harimau Kita Hariyawan Wahyudi mengatakan di Bukit Pembarisan tempat ditemukannya macan itu, sedikitnya ada 15 ekor macan tutul. “Mereka terkena jerat babi karena mengikuti babi hutan yang kehabisan makanan di tengah hutan,” katanya.
Ia meminta kepada BKSDA agar memberikan sosialisasi tentang perburuan babi hutan. Menurut dia, berburu babi hutan tanpa aturan bisa membahayakan hewan lain termasuk macan tutul.
Menurut Kepala BKSDA Jawa Tengah Christanto, lembaganya tak akan membiarkan macan tutul itu menjadi koleksi pejabat atau kebun binatang Serulingmas Banjarnegara. “Dalam tujuh tahun, tiga gajah mati di kebun binatang Serulingmas,” katanya.
Daripada menjadi koleksi kebun binatang, kata dia, lebih baik melepaskan kembali macan tutul itu ke Nusakambangan. Nusakambangan dinilai cocok untuk habitat baru macan tutul itu karena di sana ada 18 ekor macan tutul lainnya.
ARIS ANDRIANTO