TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik melaporkan sepanjang September 2013 terjadi deflasi sebesar 0,35 persen. Kepala BPS, Suryamin, mengatakan, deflasi disebabkan oleh efek kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi dan nonsubsidi yang telah berakhir.
Selain itu, kenaikan tarif angkutan umum kota dan provinsi yang terjadi menjelang Hari Raya Idul Fitri lalu telah kembali ke harga normal. "Harga tarif transportasi sudah kembali normal," ujar Suryamin dalam jumpa pers di kantornya, Selasa, 1 Oktober 2013.
Adapun inflasi tahun kalender Januari-September 2013 adalah 7,57 persen, sedangkan inflasi year-on-year 8,4 persen. Tarif angkutan umum memiliki andil inflasi -0,12 persen, sedangkan bahan makanan menyumbang sebesar -0,76 persen.
Inflasi terbesar, kata Suryamin, berasal dari emas perhiasan yang mencapai 0,21 persen lantaran harga emas di pasar global masih tinggi. Sumbangan lain berasal dari makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang berandil 0,13 persen terhadap tingkat inflasi September 2013.
Andil yang sama disumbangkan oleh sektor perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar. Sektor kesehatan, tutur Suryamin, memberikan andil sebesar 0,01 persen, sedangkan pendidikan, rekreasi, dan olahraga menyumbang 0,05 persen terhadap inflasi.
Suryamin menilai, target laju inflasi tahunan, yang dipatok pemerintah pada kisaran 7,2 persen, berpotensi tercapai bila pemerintah mampu mengendalikan pasokan dan harga komoditas pangan di pasar hingga akhir tahun.
LINDA HAIRANI