TEMPO.CO, Jakarta - Mengkonsumsi makanan yang mengandung magnesium sangat penting untuk biokimia otak, jantung dan fungsi otot, penyerapan kalsium, dan mekanisme lain terkait metabolisme tubuh. Kandungan magnesium didapat dari konsumsi sayur-sayuran hijau, gandum, dan kacang-kacangan.
Jika kekurangan magnesium, tubuh dapat memberikan tanda peringatan. Apabila muncul tanda-tanda berikut, sebaiknya mulailah tingkatkan magnesium dengan makanan alami atau suplemen magnesium untuk memenuhi kebutuhannya dalam tubuh. Berikut ini empat tandanya.
1. Gangguan Pendengaran
Ilmuwan Cina menemukan bahwa magnesium dapat menghambat pembentukan radikal bebas yang berhubungan dengan kerusakan pendengaran di telinga. Selain terganggunya pendengaran, telinga juga jadi sering berdengung jika kekurangan kandungan ini. Magnesium menjadi penting untuk dikonsumsi bagi mereka yang bekerja di lingkungan dengan suara gaduh, seperti di bandara atau pabrik industri, untuk melindungi pendengaran.
2. Depresi
Masih banyak yang tidak tahu bahwa kekurangan magnesium juga bisa sebabkan depresi. Nyatanya, dokter sering memberikan obat dengan kandungan magnesium sulfat untuk pasien depresi.
Sebuah uji coba dilakukan di rumah sakit jiwa di Kroasia dengan mengambil sampel darah pasien untuk melihat pengaruh magnesium di dalam tubuh. Hasilnya, pasien yang memiliki tingkat magnesium rendah lebih rentan untuk melakukan bunuh diri.
3. Aritmia Jantung
Menurut dokter jantung di Rumah Sakit Hartford, kekurangan magnesium dapat sebabkan aritmia jantung atau irama jantung jadi tak beraturan. Magnesium juga dijadikan sebagai obat untuk penderita penyakit ini.
4. Batu Ginjal
Banyak orang percaya bahwa penyakit batu ginjal terkait dengan terlalu banyak kalsium dalam tubuh. Padahal, penyebab munculnya batu di ginjal disebabkan kadar megnesium yang rendah. Magnesium bertindak sebagai inhibitor batu ginjal dan mengurangi peningkatan oksalat yang dapat membentuk batu pada ginjal. Kandungan magnesium mampu melerai batu pada ginjal sehingga bisa dikeluarkan lewat proses ekskresi.
RINDU P HESTYA | DAILY HEALTH
Berita Terkait:
Ini Sejarah Panjang Batik Indonesia
Mari Mengenal Batik Indonesia Timur
Stres Berat Bisa Memicu Demensia dan Alzheimer
Sebuah Metamorfosis Milan
Bayi Dua Tahun di Cina Melahirkan Kembarannya