Ia menjelaskan, fasilitas dasar bandara seperti landasan telah tersedia. Namun, Ervan melanjutkan, masih dibutuhkan pengembangan layanan terminal. Menurut dia, bandara-bandara yang ditawarkan itu memiliki potensi untuk mengembangkan daerah. "Swasta itu punya peluang mengembalikan modal dan mencari keuntungan," ucapnya.
Ervan menuturkan, selama ini sudah banyak maskapai yang beroperasi di bandara-bandara itu. Ia menyebut Bandara Sentani (Jayapura) sebagai contoh. Garuda Indonesia, Lion Air, Wings Air, Express Air, dan Merpati Nusantara Airlines, kata Ervan, telah memiliki rute penerbangan menuju Bandara Sentani.
Ia mengungkapkan, Indonesia memiliki lebih dari seratus bandara yang masih dikelola UPT. Secara bertahap, akan ada lebih banyak bandara UPT yang ditawarkan kepada swasta. Ervan menambahkan, swasta yang berminat akan mendapatkan konsesi. Setiap bandara konsesinya bisa berbeda-beda. "Pemerintah akan menerima pembagian hasil keuntungan," katanya.
Konsesi itu, kata Ervan, akan ditentukan berdasarkan investasi yang dikeluarkan. Ia menyatakan, sudah ada perusahaan-perusahaan swasta domestik yang tertarik pada penawaran itu. Beberapa di antaranya adalah maskapai domestik.
Kementerian Perhubungan menyatakan ada sepuluh bandara yang ditawarkan kepada swasta dalam market consultation. "Ada potensi untuk dikelola secara komersial," kata Wakil Menteri Perhubungan, Bambang Susantono, saat ditemui seusai penandatanganan pengadaan pesawat antara Garuda Indonesia dan Avions de Transport Regional (ATR), Selasa, 1 Oktober 2013.
10 Bandara yang Ditawarkan
1. Bandara Sentani (Jayapura)
2. Bandara Mutiara (Palu)
3. Bandara Juwata (Tarakan)
4. Bandara Matahora (Wakatobi)
5. Bandara Sultan Babullah (Ternate)
6. Bandara Tjilik Riwut (Palangkaraya)
7. Bandara Komodo (Labuan Bajo)
8. Bandara Hanandjoedin (Tanjung Pandan)
9. Bandara Fatmawati (Bengkulu)
10. Bandara Radin Inten II (Lampung)
MARIA YUNIAR