TEMPO.CO, Jakarta - Pencetak tiga gol ke gawang Korea Selatan dalam laga kualifikasi Piala Asia usia di bawah 19 tahun (U-19) di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu lalu, Evan Dimas Darmono, menjadi bintang baru sepak bola Indonesia.
Ahad, 13 Oktober 2013, Evan Dimas kembali ke Surabaya, Saat meninggalkan Hotel Sultan, Jakarta, tempat tim nasional Indonesia menginap, langkahnya tak bisa selincah saat ia beraksi di lapangan hijau. Beberapa kali ia harus berhenti untuk melayani permintaan berfoto bersama para penggemarnya.
Dengan sabar ia melayani setiap orang yang ingin berfoto dengannya. Dengan pembawaannya yang kalem, Evan selalu tersenyum simpul di hadapan kamera penggemarnya.
Menjadi kapten tim nasional U-19 dan mencetak hat-trick dalam laga penting Sabtu lalu, tak membuat remaja kelahiran Surabaya, 13 Maret 1995 ini angkuh. Dia hampir tak pernah berjalan sambil mengangkat dagunya. Tiap bertemu orang, ia hampir selalu menunduk.
“Saya menjaga diri saya agar tidak sombong,” kata Evan saat ditemui Tempo di Hotel Sultan, Ahad, 13 Oktober 2013. “Saya berusaha (bersikap) tampil biasa saja.”
Sekalipun harus segera meninggalkan hotel, pemain yang matang dalam gemblengan Sekolah Sepak Bola Mitra Surabaya ini tetap berusaha melayani pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Tempo. Jawaban-jawabannya singkat dan terkesan tidak berbunga-bunga.
“Evan itu orangnya pendiam. Dia tidak banyak bicara,” kata pelatih timnas, Indra Sjafri. Namun, Indra mengakui bahwa Evan selalu berhasil menerjemahkan apa yang diinginkan pelatih di dalam lapangan.
Indra juga menilai Evan sebagai orang yang disiplin. “Apa yang saya katakan, itu yang dia kerjakan,” tambah Indra. “Itu yang bagus dari Evan”.
Sikap disiplin itulah, kata Indra, yang juga membuat Evan disegani teman-temannya. Sebagai kapten, Evan dianggap berwibawa.
Muhammad Fachturohman, pemain belakang timnas, menilai Evan merupakan sosok yang pantas menjadi kapten tim. “Dia punya skill yang bagus. Di Persebaya, dia ikut tim senior,” kata dia.
Hansamu Yama Pranata, benteng pertahanan timnas, mengatakan Evan adalah pemain yang bertanggung jawab dan layak menjadi kapten. “Sebagai kapten, dia memenuhi syarat. Dia bisa mengatur serangan. Umpan-umpannya bagus,” kata dia.
Sementara di mata Muchlis Hadi Ning Syaifulloh, gelandang serang timnas, Evan merupakan orang yang bisa menjaga kekompakan tim.
Sebagai kapten, Evan memang menyadari bahwa salah satu tugasnya adalah memotivasi teman-temannya. “Saya selalu berusaha memotivasi teman-teman. Saya bilang kepada mereka untuk tidak saling menyalahkan di lapangan,” kata Evan.
Di luar lapangan, Evan dipandang sebagai sosok yang setia kawan. “Kalau makan, dia selalu mengajak kami. Tidak pernah sendirian,” tutur Yabes Roni Malaifani, pemain timnas asal Nusa Tenggara Timur. “Pernah suatu malam, kamar saya diketuk. Saya dibangunkan, diajak makan snack yang telah dia beli.”
Indra Sjafri membenarkan hal ini. “Evan itu orangnya sederhana, dia akrab dengan teman-temannya,” ujarnya.
GADI MAKITAN