TEMPO.CO, London - Para arkeolog Cina awalnya senang ketika mereka berhasil mengangkat tiga peti berisi mumi di wilayah Xiangcheng, Provinsi Henan. Dua mumi sudah berubah menjadi kerangka berbalut pakaian, sementara satu lagi dalam kondisi utuh. Namun para arkeolog itu menjadi heran ketika tubuh dan wajah mumi utuh itu menghitam beberapa jam setelah peti matinya dibuka.
Para ahli memperkirakan mumi itu berusia 300 tahun dan berasal dari masa Dinasti Qing. Dinasti Qing, yang berkuasa pada periode 1644-1912, adalah penerus Dinasti Ming dan dinasti terakhir di Cina sebelum terbentuknya Republik Cina. Di bawah komando Dinasti Qing, luas kerajaan berkembang hingga tiga kali lipat dengan penduduk mencapai 450 juta jiwa. Batas negara Cina saat ini mayoritas berdasarkan pada wilayah yang pernah dikendalikan Dinasti Qing.
Awalnya penggalian peti dari lubang sedalam dua meter pada 10 Oktober lalu berjalan normal. Namun saat peti dibuka, wajah mumi yang masih utuh itu langsung berubah hitam dan keluar bau busuk yang menyengat dari tubuhnya. Sebagian kulit tubuh mumi yang dibawa ke universitas lokal untuk dipelajari juga berubah jadi hitam.
Dilihat dari pakaian yang dikenakan, mumi itu kemungkinan adalah mayat seorang pejabat tinggi di masa awal Dinasti Qing. Lukas Nickel, pakar kesenian dan arkeologi Cina dari Universitas London, mengatakan mengawetkan mayat sebenarnya bukan kebiasaan di Cina.
"Masyarakat Cina tidak melakukan trik apapun untuk mengawetkan mayat seperti yang dikenal dalam budaya Mesir Kuno," kata dia, Rabu, 16 Oktober 2013.
Yang dilakukan masyarakat Cina, menurut Nickel, adalah melindungi jenazah dengan menaruhnya di dalam peti mati besar yang diletakkan dalam ruangan batu yang stabil. "Keutuhan struktur fisik sangat penting bagi mereka. Di masa awal Cina, orang mati diharapkan hidup dalam kubur batu," imbuh Nickel.
Yang menyebabkan jenazah petinggi Dinasti Qing itu utuh kemungkinan berasal dari lingkungan di sekitar kuburnya. Ada kemungkinan jenazah diletakkan dalam peti yang sudah dipernis, tertutup oleh lapisan batu bara, yang lazim dilakukan pada masa itu. Dengan demikian bakteri tidak bisa masuk ke dalam peti mati. Namun, menurut Nickel, jika jenazah terpapar udara maka akan disusul oleh proses pembusukan alami.
Ahli sejarah Dong Hsiung mengatakan pakaian yang dikenakan jenazah itu jelas menandakan pangkat pejabat senior di masa Dinasti Qing. "Yang menakjubkan adalah proses penuaan yang berlangsung cepat, mayat itu menua ratusan tahun hanya dalam sehari," ucapnya, seperti dikutip Dailymail.
Ritual pemakaman pada Dinasti Qing adalah tanggung jawab dari anak tertua orang yang meninggal. Ritual tersebut bisa melibatkan banyak pejabat. "Ada kemungkinan keluarga jenazah itu menggunakan material tertentu untuk mengawetkan tubuhnya," kata Dong. "Namun saat peti itu terbuka, proses pembusukan alami langsung bekerja."
Penemuan mumi-mumi ini diharapkan membuka jalan untuk memahami ritual pemakaman dan kebiasaan yang pernah berlaku di masa dinasti Qing. Ini termasuk bagaimana masyarakat pada masa itu mengawetkan jenazah.
Selain Qing, Dinasti Ming juga dikenal dengan teknik pengawetan jenazah. Pada 2011, mumi berusia 700 tahun dengan kondisi bagus ditemukan secara kebetulan di bagian timur Cina. Peti mumi itu, terkubur dua meter di dalam tanah, ditemukan oleh para pekerja yang sedang melakukan pelebaran jalan.
Mumi itu diperkirakan seorang perempuan terpandang di Dinasti Ming. Pakaian dan sepatu yang dipakainya yang terbuat dari sutera juga masih dalam kondisi baik. Di dalam peti juga ditemukan tulang, kerajinan keramik, naskah tulisan-tulisan kuno dan barang peninggalan lainnya.
DAILYMAIL | GABRIEL TITIYOGA