TEMPO.CO, Yogyakarta - Sejak Ahad (20/10), museum kereta di Keraton Yogyakarta ditutup untuk sementara. Gerbang utamanya terkunci rapat. Dari pintu samping bagian belakang, terlihat sekelompok lelaki tampak meriung di dalam gedung.
Menjelang prosesi pernikahan putri Sultan Hamengku Buwono X, beberapa orang sibuk mengurai tali kekang kuda. Di sudut lain, dua orang lelaki terlihat mengelap badan kereta. “Dari kemarin museumnya tutup,” kata seorang lelaki kepada Tempo, Senin (21/10). Tangannya tak berhenti menjajar untaian tali kekang. “Semua informasi untuk wartawan, silakan datang ke media center saja,” katanya, tak beranjak dari tempatnya berdiri.
Itulah Museum Kereta Keraton Yogyakarta yang menempati bangunan berarsitektur Jawa. Di situlah Keraton menyimpan koleksi kereta kudanya, termasuk kereta yang akan digunakan dalam acara pernikahan putri Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Kanjeng Ratu Hayu dan calon suaminya, Kanjeng Pangeran Haryo Notonegoro.
Letak museum itu tak jauh dari Alun-Alun Utara. Persisnya, di sebelah barat Keraton. Di bagian kiri halamam museum, sebuah kandang kuda berdiri. Di hari biasa, museum dibuka untuk wisatawan asing dan domestik.
Perhelatan dhaup ageng akan dimeriahkan kirab 12 kereta milik Keraton pada Rabu, 23 Oktober mendatang. Ada 68 ekor kuda yang akan menarik belasan kereta itu. Salah satu kereta di antaranya cukup istimewa, yakni Kereta Jongwiyat, yang akan ditumpangi pasangan pengantin.
Kesibukan di museum terlihat tak sekadar persiapan fisik kereta. Di depan sebuah ruangan, di samping kiri gedung museum, berlembar-lembar kertas terpapang menempel di dinding. Isinya pembagian tugas bagi kusir, pengiring, hingga kernet kereta.
Dari catatan di atas kertas itu, Kereta Jongwiyat akan dikusiri B. Roto Prasetyo. Adapun penongsong-nya, M.W. Purwo Sumantri. Selain itu, ada enam orang lain yang bertugas sebagai pengamping kereta itu.
Seperti Jongwiyat, kereta lain yang akan digunakan dalam kirab pernikahan itu juga ditangani rata-rata lima hingga sepuluh orang. Selain menumpang di atas kereta, sebagian dari mereka berjalan di kanan dan kiri, mengiringi kereta.
ANANG ZAKARIA