TEMPO.CO, Jakarta - Optimisme pelaku pasar terhadap prospek ekonomi domestik serta berlanjutnya tren pelemahan dolar Amerika menjadi katalis penggerak rupiah.
Pada transaksi pasar uang, rupiah menguat signifikan 114 poin (1,01 persen) ke level 11.155 per dolar Amerika.
Baca Juga:
Pengamat pasar uang dari Bank Saudara, Rully Nova, mengatakan naiknya data realisasi investasi di dalam negeri menjadi katalis positif bagi rupiah. "Tingginya arus modal ke Indonesia menambah ekspektasi positif investor terhadap prospek perekonomian jangka panjang."
Realisasi investasi pada kuartal ketiga 2013 tercatat sebesar Rp 100,5 triliun, atau naik 22,8 persen dibanding tahun sebelumnya (year on year). Dari realisasi tersebut, Rp 67 triliun (66,7 persen) di antaranya adalah investasi asing. Sebagian besar realisasi investasi ditujukan pada sektor pertambangan dan manufaktur.
Menurut Rully, meningkatnya investasi pertambangan dan manufaktur akan memicu kenaikan impor pada bahan baku dan mesin-mesin industri. Namun, hal itu diyakini tidak berdampak pada meningkatnya defisit perdagangan karena impor bahan baku dan modal bisa menghasilkan nilai tambah. "Penyebab defisit lebih disebabkan oleh impor barang konsumsi, terutama BBM."
Selain meningkatnya investasi, ekspektasi rendahnya inflasi bulan Oktober serta surplus neraca perdagangan bulan September menambah optimisme pelaku pasar.
Bila perbaikan ekonomi domestik juga diikuti pulihnya perekonomian global serta dilanjutkannya program stimulus bank sentral Amerika (The Fed), ruang penguatan rupiah semakin terbuka.
"Terbuka kemungkinan rupiah akan kembali ke level 10 ribu per dolar Amerika pada akhir tahun ini," ujar Rully.
Mata uang regional cenderung menguat hingga pukul 17.30 WIB. Euro ditransaksikan pada US$ 1,3806, pound sterling US$ 1,6183, dan yen 97,31 per dolar Amerika. Dolar Singapura ditransaksikan pada 1,2375 per dolar Amerika, won 1.061,05 per dolar, dolar Hong Kong 7,7530 per dolar Amerika, dan yuan 6,0816 per dolar.
PDAT | M. AZHAR