TEMPO.CO, Jakarta - Berlanjutnya tren pelemahan dolar Amerika mengantarkan rupiah ke ekuilibrium baru di level 11.000 per dolar.
Di transaksi pasar uang, rupiah menguat 140 poin (1,2 persen) ke level 11.015 per dolar Amerika. Selama sepekan, rupiah telah mengalami apresiasi sebanyak 308 poin (2,72 persen) dari posisi akhir pekan sebelumnya.
Ekonom PT BNI Securities, Heru Irvansyah, mengatakan pelemahan dolar yang terjadi selama sepekan telah melepaskan tekanan rupiah. Imbasnya, rupiah menguat signifikan. "Berakhirnya krisis anggaran serta kemungkinan mundurnya pemangkasan stimulus Bank Sentral Amerika (The Fed) menjadi katalis negatif bagi dolar."
Iklim investasi di pasar keuangan kembali pulih seiring keberhasilan pemerintah dan Kongres Amerika yang menyepakati penambahan anggaran hingga Februari 2013. Seiring dengan itu, The Fed masih urung mengurangi stimulusnya karena data tenaga kerja belum menunjukkan perbaikan berarti.
Pelemahan dolar telah berdampak pada menguatnya hampir seluruh mata uang Asia, kecuali yen. Hal itu karena pelaku pasar kembali berinvestasi di pasar berkembang sehingga likuiditas dolar meningkat. "Bila bulan lalu mengalami capital outflow, saat ini pasar berkembang kembali mengalami capital inflow," ungkap Heru.
Heru optimistis pulihnya kepercayaan investor di pasar berkembang akan menggiring rupiah kembali ke kisaran 10.000 per dolar pada akhir tahun.
Mata uang regional cenderung menguat hingga pukul 17.30 WIB. Euro ditransaksikan di US$ 1,3794, pound sterling US$ 1,6186, dan yen 97,23 per dolar Amerika. Dolar Singapura ditransaksikan di 1,2359 per dolar Amerika, won 1.062,06 per dolar, dolar Hong Kong 7,7532 per dolar Amerika, dan yuan 6,0836 per dolar.
PDAT | M. AZHAR