TEMPO.CO, Jakarta - Karena tuntutan karier atau pekerjaan orang tua, keluarga sering hidup berpindah tempat atau nomaden. Dalam keluarga, anak merupakan anggota yang paling merana dan susah beradaptasi seiring dengan soal kepindahan ini.
Seperti yang dialami Roslina, dua bulan lagi dia dan anak-anaknya akan meninggalkan Jakarta dan menetap di Yogyakarta. Dia akan menyusul suaminya yang sudah lebih dulu bekerja di sana. Tapi, menjelang waktu pindah yang semakin dekat, anak-anaknya semakin rewel dan merengek agar ayah mereka saja yang tinggal di sana.
"Mereka maunya ayahnya dibesuk saja seminggu sekali, soalnya mereka enggak mau pisah sama teman-temannya di sini," kata Roslina saat dijumpai pekan lalu. Akibatnya, Roslina kini terus sibuk membujuk anak-anaknya agar mau pindah. Berbagai upaya dilakukan agar mereka tertarik, tapi belum berhasil secara efektif.
Menurut psikolog Efnie Indrianie dari Universitas Kristen Maranatha, tingkah anak-anak Roslina dan penolakan mereka untuk pindah merupakan hal yang wajar. Sebab, kata dia, bagi anak-anak, yang paling penting itu adalah perasaan aman, nyaman, dan terlindungi.
"Saat mereka sudah nyaman dengan kondisi dan kawan-kawannya di sini, mereka khawatir tidak menemukan hal yang sama di lokasi baru," ujarnya.
Karena itu, Efnie menyarankan, keluarga yang akan pindah menyiapkan anak-anak mereka soal kepindahan tersebut dari jauh-jauh hari. Hal ini, kata dia, dilakukan agar si anak bisa cepat beradaptasi di lingkungan barunya dan tetap merasa aman, nyaman, dan terlindungi.
GUSTIDHA BUDIARTIE
Topik Terhangat
Prabowo Subianto | FPI Geruduk Lurah Susan | Misteri Bunda Putri | Dinasti Banten | Suap Akil Mochtar |
Berita Terpopuler
Apa Jadinya Menu Makanan Didasari Pilihan Teman
Banyak Orang Malas Istirahat Saat Lelah Mengemudi
Jangan Anggap Sepele Vaksin Flu
Andika Pratama Dukung Ajang Pencarian Bakat
Vicky Shu ke Gunung Pakai Sepatu Hak Tinggi
Olahraga Tingkatkan Kemampuan Akademik Remaja