TEMPO.CO, Jakarta - Ahmad Muammar, anggota tim Rentjong yang berlaga dalam game Catch the Flag di acara Hack in the Box di Kuala Lumpur, Malaysia, menilai perkembangan kompetisi hacking di Indonesia sudah cukup baik.
Indikasinya, kata dia, beberapa komunitas yang menyelenggarakan acara tersebut sudah tumbuh. Selain itu, pemerintah dan pihak swasta sudah mulai mendukung.
Hanya, dari segi kualitas, kompetisi di dalam negeri belum bisa disejajarkan dengan kompetisi tingkat internasional. “Tantangannya belum mencapai level yang sama,” kata Muammar, pekan lalu.
Menurut dia, para programmer menyambut positif maraknya perhelatan digital di Indonesia akhir-akhir ini. “Mudah-mudahan dalam waktu cepat kualitasnya segera meningkat. Minimal mendekati.”
Karena itu, ia menyarankan agar para hacker di Tanah Air banyak berlatih dan lebih sering mengikuti berbagai lomba di perhelatan internasional guna mengasah kemampuan.
Salah satu tantangan bagi para programmer adalah adanya program yang hanya bisa dikerjakan di sistem operasi Windows. “Ada juga yang hanya di Unix,” kata Muammar. Untuk menyiasatinya, cara virtualisasi bisa dilakukan agar komputer bisa menjalankan lebih dari satu sistem operasi.
Selain Indonesia, negara di Asia Tenggara yang programmer-nya sedang giat berkompetisi di perhelatan internasional adalah Vitenam. Di gelaran Hack in the Box, Vietnam sukses menyabet dua gelar teratas.
Negara itu pun kini sedang aktif mengadakan kompetisi digital. Pertengahan tahun ini, 31 tim diadu dalam UNICEF Hackathon, yang diadakan di Ho Chi Minh, Vietnam. Tema acara disesuaikan dengan penyelenggaranya, yaitu UNICEF, yang peduli atas kesejahteraan masyarakat.
Ada dua tantangan yang harus dilakukan para peserta. Pertama, membangun aplikasi mobile bagi ibu hamil, bayi, dan balita. Kedua, berfokus pada program yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata beserta tanggung jawab sosialnya.
ZDNET | SATWIKA MOVEMENTI