TEMPO.CO, Jakarta - Pergantian direksi Merpati Nusantara Airlines dinilai tidak berdampak apa pun terhadap kinerja maskapi pelat merah tersebut. "Tidak banyak menolong," kata praktisi penerbangan nasional, Arista Atmadjati, dalam keterangannya, Senin, 4 November 2013.
Selama menjabat Menteri Badan Usaha Milik Negara, Dahlan Iskan sudah dua kali mengganti direksi Merpati. Pertama pada Mei tahun lalu, Dahlan mencopot Sardjono Jhony Tjitrokusumo dan menggantinya dengan Rudy Setyopurnomo, yang sebelumnya komisaris utama. Namun, setahun kemudian, tepatnya akhir Juli lalu, giliran Rudy yang dicopot. Dahlan lantas menunjuk Asep Eka Nugraha. "Sekarang di mana letak krusial penggantian direksi tersebut?" kata Arista.
Dalam pandangan Arista, yang terjadi saat ini dalam tubuh Merpati Nusantara Airlines adalah keuangan perusahaan yang berdarah-darah. "Sudah 10 tahun ini Merpati selalu bleeding," ujarnya.
Ia pun membandingkan Merpati dengan maskapai berpelat merah lainnya, Garuda Indonesia. Menurut dia, Garuda Indonesia semakin berkibar di pasar domestik melalui konsep layanan full service airline. Garuda Indonesia nyaris berjalan sendiri tanpa saingan yang berarti. "Mungkin hanya Batik Air yang bisa menjadi penantang dalam 10 tahun ke depan," kata Arista.
Lebih lanjut, ia berpendapat, lahirnya beberapa maskapai baru seperti Lion Air, Sriwijaya Air, dan AirAsia Indonesia, tidak membuat Merpati semakin tangguh menghadapi persaingan. "Justru malah membuat pangsa pasar Merpati makin tergerus," ujarnya.
Arista mengungkapkan, pada tahun 1980, pangsa pasar Merpati bisa mencapai di atas 20 persen. Saat ini, porsi itu tinggal satu digit. "Padahal, sebagai merek, Merpati cukup ternama," ucapnya.
MARIA YUNIAR