TEMPO.CO, Jakarta - Melemahnya mata uang regional yang diperparah dengan memburuknya data ekonomi dalam negeri menyebabkan rupiah kembali terjerembab ke level 11.400.
Di transaksi pasar uang hari ini, rupiah melemah 52 poin atau 0,46 persen ke level 11.407 per dolar Amerika. Rupiah menyusul mata uang Asia lainnya yang turut melemah terhadap mata uang Abang Sam.
Baca Juga:
Ekonom PT Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, mengatakan penguatan yang terjadi pada dolar Amerika membuat mata uang regional melemah. "Namun rupiah melemah paling dalam dibanding mata uang lainnya, karena juga dihantam oleh melemahnya rilis data-data ekonomi dalam negeri," ujarnya, Rabu, 6 November 2013.
Mata uang regional cenderung melemah hingga pukul 16:45 WIB. Euro ditransaksikan di US$ 1,3515, pound sterling US$ 1,6113, dan yen 98,55 per dolar Amerika.
Dolar Singapura ditransaksikan di 1,2425 per dolar Amerika, won 1.060,90 per dolar, dolar Hong Kong 7,7518 per dolar Amerika, dan yuan 6,0936 per dolar.
Badan Pusat Statistik melaporkan, Produk Domestik Bruto Indonesia di kuartal ketiga 2013 tumbuh 5,62 persen dibanding kuartal yang sama tahun sebelumnya. Melambatnya pertumbuhan disebabkan adanya penurunan impor yang dipicu kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia pada kurun Juli hingga September 2013.
Perlambatan pertumbuhan ini melengkapi data negatif sebelumnya, saat neraca perdagangan September mengalami defisit US$ 660 juta. "Defisit perdagangan dikhawatirkan berdampak pada defisit neraca transaksi berjalan yang akan dirilis pada 15 November mendatang," ungkap Lana.
Menurut Lana, secara tahun kalender (year to date), pelemahan rupiah sudah mencapai 14 persen dan tergolong paling parah dibanding mata uang Asia lainnya. Jika sudah begitu, keseimbangan permintaan dolar di pasar dalam negeri harus segera diantisipasi oleh pemerintah dan Bank Indonesia.
"Kami berharap pelemahan rupiah hanya sementara dan tidak mengganggu keseimbangan nilai tukar di dalam negeri," ujar Lana.
PDAT | M. AZHAR