TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 7.000 buruh migran Indonesia yang kini ditahan di Sumaisyi, Arab Saudi, kekurangan makanan. Mereka merupakan para pekerja yang dirazia pemerintah Arab Saudi sejak Senin, 4 November 2013, karena melebihi izin tinggal.
"Mereka sebelumnya tinggal di kolong Jembatan Falestine, Jeddah. Mereka kini ditahan di Sumaisyi," kata Thobibi, pekerja di Arab Saudi yang turut mendampingi 7.000 buruh migran. Informasi tersebut disampaikan Thobibi kepada organisasi Info Buruh Migran yang siaran persnya diterima Tempo hari ini, Rabu, 6 November 2013.
Selama sehari di Sumaisyi, kata Thobibi, 7.000 buruh migran itu tak diberi makan dan minum. Buruh migran disebut terpaksa minum air keran. Bantuan makanan dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Jeddah baru tiba esok harinya, Selasa, 5 November 2013, pukul 11.00 waktu setempat.
"Itu pun tak cukup buat 7.000 orang," kata Thobibi kepada Info Buruh Migran.
Rencananya, 7.000 buruh yang kini kelaparan di Sumaisyi itu akan segera dideportasi. Namun, belum ada kejelasan kapan dan bagaimana proses deportasi ribuan BMI tersebut. Sebelumnya, 7.000 buruh yang sempat tinggal di kolong Jembatan Falestine, Jeddah, itu diangkut dengan 68 bus ke Sumaisyi.
Tujuh ribu buruh tersebut merupakan para pekerja yang tak dapat surat amnesti dari pemerintah Arab Saudi. Mereka tak mendapat dokumen amnesti sampai masa pemberian amnesti dari pemerintah Arab Saudi berakhir Senin lalu.
KHAIRUL ANAM