TEMPO.CO, Bojonegoro - Sebanyak 30 embung tengah dibangun di tanah Solo Valley di jalur selatan Kabupaten Bojonegoro. Puluhan embung itu dibangun untuk mengantisipasi kekeringan, terutama di wilayah selatan yang jauh dari Sungai Bengawan Solo.
Solo Valley merupakan kanal yang dibangun pemerintah Belanda di era Ratu Wilhelmina sekitar tahun 1935-an. Hulu sungai berada di desa di Kecamatan Ngraho. Sungai melewati beberapa kecamatan di selatan Bojonegoro lalu tembus hingga di daerah Bayeman, Kecamatan Baureno. Panjang sungai sekitar 73 kilometer sedangkan lebar sungai ini sekitar 100 meter.
Tetapi, sesuai data di Dinas Pekerjaan Umum, tanah Solo Valley melewati empat kabupaten yaitu di Bojonegoro, Tuban, Lamongan, dan Gresik. Luas totalnya mencapai 160.000 hektare. Tanah milik negara ini sebagian dikelola masyarakat untuk pertanian, perkebunan, dan perikanan darat.
Menurut Kepala Dinas Pengairan Kabupaten Bojonegoro, ada 30 embung yang dibangun di jalur Solo Valley. Embung yang dibangun ini merupakan bagian dari program 1000 embung selama empat tahun ke depan. Hingga kini, jumlah embung yang sudah dibangun sekitar 100 unit. Lokasi Solo Valley dipilih karena berstatus tanah negara, sehingga proses penanganannya relatif mudah. "Ya, sudah mulai," ujarnya kepada Tempo, Rabu, 6 November 2013.
Selama ini, daerah Bojonegoro bagian selatan sudah akrab dengan krisis air bersih dan kekeringan jika musim hujan tiba. Wilayah itu misalnya Kecamatan Tambakrejo, Dander, Sukosewu, Temayang, Sekar, Kedungadem, Kepohbaru, Ngambon, dan sebagian di Ngasem. Hal itu berbanding terbalik dengan sebagian kecamatan di Bojonegoro yang dilewati Sungai Bengawan Solo. Di wilayah tersebut, ketersediaan air relatif masih ada jika kemarau datang.
Untuk kebutuhan dan pemerataan air, Bupati Bojonegoro Suyoto kemudian membuat program pembangunan 1000 embung. Dijadwalkan embung bisa terbangun semuanya pada 2017.
Sementara itu, Kepala Seksi Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro, Muchtarom, mengatakan, jalur Solo Valley selama ini dikelola masyarakat. Dia menyebutkan, areal sungai yang sebagian sudah dangkal itu dimanfaatkan untuk lahan pertanian dan sejenisnya. "Ya, proses itu sudah bertahun-tahun," katanya kepada Tempo,Rabu, 6 November 2013.
Jalur di sudetan Solo Valley bisa lebih diefektifkan. Misalnya, jika tanah dikeruk, areal pertanian akan memperoleh manfaat, terutama lahan yang berada di Bojonegoro bagian selatan. Namun, pengerukan tanah itu memerlukan biaya yang besar. "Seperti membuat sungai baru lagi," ujarnya.
SUJATMIKO
Berita populer:
Ibas Disebut Punya Tato, Ani SBY: Itu Fitnah Keji
Insiden Es Tebu Rombongan Golkar Riuh di Twitter
Gadis Virtual Sukses Deteksi Ribuan Pedofil
Cara Ratu Atut Habiskan Rp 1 Miliar untuk Dandan