TEMPO.CO, Manila - Fenomena webcam sex di Filipina sedang ramai dibicarakan saat ini. Padahal, tindakan ini bisa merusak psikologis si anak sebagai objek seksual. Menurut riset yang dilakukan oleh Terre des Hommes, gangguan psikologis pelaku webcam sex ini akan sangat dalam dan bisa jadi permanen.
Untuk membuktikannya, lembaga perlindungan anak dari Belanda itu melakukan wawancara pada 44 anak-anak Filipina yang terlibat dalam kasus tersebut. Ternyata, semua anak yang diwawancara mengaku merasa malu dan kotor, baik ketika melakukan webcam sex atau sesudahnya. Selain itu, banyak anak-anak yang mengaku takut ditahan. Mereka juga takut gambar atau rekaman aksi mereka akan terus ada di Internet selamanya.
Dikutip dari buku Webcam Sex Child Tourism, anak-anak pelaku webcam sex itu juga jadi lebih sensitif dan emosional. Diperkirakan sikap itu karena mereka berusaha kabur dari perasaan negatif yang mereka alami. Namun sayangnya, masih ada di antara mereka yang menganggap tindakan itu setimpal dengan uang yang didapat.
"Kami menemukan anak-anak ini sedang bertahan dari serangan stres psikologis tingkat tinggi, trauma, merasa dikhianati, mempermalukan kehidupan sosial mereka, dan merasa tak berdaya," kata pihak Terre des Hommes.
Bahkan, bila dibandingkan dengan anak-anak yang sosial ekonominya rendah, pelaku webcam sex merasa hidupnya lebih tidak berharga. Beberapa di antara mereka juga merasa tak pantas lagi untuk tetap hidup.
Yang lebih mengkhawatirkan, anak-anak itu juga mencoba menghancurkan tubuhnya dengan alkohol dan narkoba. Sementara, tidak sedikit juga yang dilaporkan menjadi bagian dari kelompok jahat atau kabur dari rumah karena malu oleh pandangan orang di sekitarnya.
RINDU P HESTYA | CNET
Berita Terkait:
Di Miss Universe, Whulandry Pakai Swimsuit Seksi
Di Miss Universe, Whulandary Diminta Ubah Ekspresi
Waspadai Sindrom John Wayne
KD soal Atut: Panas Setahun Dihapus Hujan Sehari
Ketika Sioux, Pasukan Penjinak Ular, Beraksi