TEMPO.CO, Jakarta - Sentimen negatif yang terjadi pada pasar keuangan global menjadi katalis penekan rupiah. Pada transaksi pasar uang hari ini, rupiah ditutup kembali melemah 20 poin (0,18 persen) ke level 11.410 per dolar Amerika.
Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, mengatakan pasar finansial berguguran setelah bank sentral Eropa (ECB) memangkas suku bunganya dari 0,50 persen menjadi 0,25 persen. "Pemangkasan suku bunga ECB menjadi pendorong pelemahan mata uang euro yang berimbas ke mata uang regional."
Baca Juga:
Harapan deflasi dan resesi kembali santer dibicarakan setelah pada Oktober lalu inflasi zona euro diumumkan hanya tumbuh 0,7 persen year on year, sementara tingkat pengangguran naik menuju level tertinggi sepanjang masa.
Dengan jarak menuju dasar tinggal 25 basis poin lagi, ECB mungkin akan mengikuti bank sentral Amerika atau bank sentral Jepang untuk melakukan pelonggaran moneter.
Di sisi lain, dolar kembali menguat seteah Produk Domestik Amerika kuartal ketiga diumumkan tumbuh 2,8 persen year on year. Pada saat yang sama, angka klaim pengangguran Oktober menurun drastis.
"Hal itu memicu ekspektasi perekonomian Amerika pulih lebih cepat dan dengan sendirinya memunculkan kekhawatiran percepatan pemangkasan stimulus The Fed," ungkap Rangga.
Hingga pukul 17.15 WIB, mata uang euro diperdagangkan di level US$ 1,3429, pound sterling diperdagangkan di US$ 1,6073, dan yen 98,21 per dolar. Sementara itu, Sing$ 1,2427 per dolar, HK$ 7,7517 per dolar, dan yuan 6,0908 per dolar.
PDAT | M. AZHAR