TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Nasional Pengendalian Zoonosis mencanangkan pada tahun 2020 Indonesia akan bebas flu burung.
"Flu burung saat ini menjadi prioritas utama kita dalam penanggulangan zoonisme," ujar Emil Agustiono dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Zoonosis di Crowne Plaza, Kamis, 7 November 2013.
Hal ini, menurut Emil, disebabkan flu burung berpotensi menjadi wabah lebih cepat dari zoonosis lainnya. Selain flu burung, rabies, anthrax, dan brucellosis juga menjadi empat besar prioritas pengendalian zoonosis.
Untuk mencapai bebas flu burung pada 2020, Komnas Penanganan Zoonosis akan melaksanakannya secara bertahap. "Tahun 2014 dicanangkan Maluku dan Papua sudah bebas, kemudian 2015 hingga 2018 Pulau Kalimantan, NTB, NTT, Sulawesi, Bali, dan Sumatera. Sedangkan Jawa pada tahun 2019, tahun 2020 harusnya seluruh Indonesia sudah bebas flu burung," ia menjelaskan.
Adapun strategi yang pengendaliannya adalah dengan melakukan vaksinasi, depopulasi, pengawasan lalu lintas perunggasan, restrukturisasi perunggasan, public awareness, dan peraturan perundangan.
Bayu Krishnamukti, salah satu pendiri Komnas Perlindungan Zoonosis sekaligus Ketua Komisi Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza, mengatakan saat ini kasus flu burung di Indonesia sudah relatif berkurang jika dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu, sebelum terbentuknya Komnas Perlindungan Zoonisme. Menurut dia, hal ini disebabkan adanya sistem penanganan yang baik dan benar.
Untuk flu burung, menurut Komnas Perlindungan Zoonosis, sebanyak 82 persen penderita flu burung meninggal akibat penyakit tersebut. Tidak sampai 20 persen yang dapat bertahan hidup.
Menurut data Komnas Pengendalian Zoonosis, lebih dari 90 persen provinsi di Indonesia telah menjadi daerah endemis zoonosis. Sementara itu, dari 868 jenis patogen yang dapat menular antara hewan dan manusia, 150 di antaranya ada di Indonesia.
TIKA PRIMANDARI