TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah DKI Jakarta mulai menyusun rancangan pengembangan Kota Tua, yang mencakup 384 hektare di Sunda Kelapa-Pinangsia dan 134 hektare di sekitar Museum Fatahillah.
Menurut arsitek asal Institut Teknik Bandung, Woerjantari Soedarsono, penataan akan berfokus pada pengembangan wisata budaya, ruang terbuka hijau, kawasan pendukung, restorasi bangunan bersejarah, dan revitalisasi permukiman. "Dibutuhkan waktu hingga 20 tahun agar benar-benar menjadi kawasan yang maju," kata Ari, begitu ia disapa, ketika dihubungi pada Jumat, 8 November 2013.
Untuk mengembangkan kawasan ini, Pemprov DKI memang meminta tim dari ITB tersebut untuk menyusun desainnya. Untuk langkah awal, Ari berpendapat, perlu ada beberapa titik yang mesti dijadikan pintu gerbang untuk masuk ke Kota Tua, yang juga berfungsi mengatur arus lalu lintas di kawasan yang terkenal padat itu. (Baca: Kota Tua akan Dibenahi Menyeluruh)
Ada lima usulan pintu gerbang, pertama adalah di Jalan Gajah Mada, kemudian Jalan Gedong Panjang, lalu Jalan Pakin. Kemudian ada di Jalan Lodan Raya dan Jalan Kampung Bandang Raya. Untuk menerapkan pola ini, menurut Ari, perlu manajemen transportasi yang ketat.
Caranya, bisa dengan menutup sebagian ruas jalan, manajemen sirkulasi, serta menyediakan jalur sepeda dan pejalan kaki. "Selain itu, integrasi perlu dilakukan dengan memanfaatkan stasiun kereta api dan Transjakarta yang ada di sana untuk mengakses Kota Tua."
Ari melihat peluang pengembangan kawasan Kota Tua ini dalam posisi bisnis yang besar juga. Alasannya, kawasan tersebut jika dilihat dalam kacamata makro menyimpan potensi ekonomi. Seperti dekat dengan pusat belanja Mangga Dua, Ancol, Glodok, kemudian Pantai Utara.
SYAILENDRA
Berita Terpopuler
Soal Macet Jakarta, Pengamat Bela Jokowi
Jakarta Macet, Apakabar 17 Langkah Pemerintah?
Ahok: Demo Buruh Jangan ke Saya, Presiden Dong!
Pencatut Nama Jokowi Diskors!
Acak-acak Masjid Saat Mabuk, Imigran Ini Dikeroyok