TEMPO.CO, Sumenep--- Warga Pulau Masalembu, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, sudah tiga hari terakhir tidak menikmati nyala listrik di malam hari. Kelangkaan solar dalam dua bulan terakhir berakibat Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Masalembu tidak bisa beroperasi. "Kalau malam gelap gulita," kata Hasan, tokoh masyarakat Masalembu, Sabtu, 9 November 2013.
Tidak hanya gelap gulita, menurut Hasan, krisis bahan bakar itu juga membuat ribuan nelayan tidak bisa melaut. Untuk tetap punya penghasilan, kata dia, nelayan terpaksa mancing ikan memakai perahu kecil di perairan dangkal. "Kami warga pulau dianak tirikan," katanya.
Penyaluran bahan bakar ke Pulau Masalembu, kata Hasan, dikuasai Agen Penyalur Minyak dan Solar (APMS). Sejak ditangani APMS, bahan bakar minyak di Masalembu sering kosong. Setelah ditelusuri, kata Hasan lagi, ternyata bahan bakar itu dijual drum-druman kepada pengecer besar dan tidak diecer memakai dispenser. "Sebelum ada APMS, BBM hanya langka saat musim angin kencang," ujarnya.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumenep Asal Masalembu, Darul Hasyim menilai Pemerintah Kabupaten Sumenep sengaja melakukan pembiaran atas krisis bahan bakar di Masalembu. Sebab, kata dia, kelangkaan itu sudah terjadi sejak dua bulan lalu dan hingga kini belum terselesaikan. "Kucinya cuma satu, Pemkab harus memberikan sanksi kepada APMS nakal," katanya.
Kepala Bagian Perekonomian Sumenep Hanafi sebelumnya mengatakan bahwa Pemkab tidak punya kewenangan mengatur APMS. APMS, kata dia, dibawah tanggung jawab PT Pertamina. "Kami hanya sebatas menyampaikan, soal krisis BBM di wilayah kepulauan," ujarnya.
MUSTHOFA BISRI