TEMPO.CO, Jakarta - Kisah tokoh besar di Indonesia yang diangkat menjadi cerita film kerap menuai pro-kontra, mulai dari pemilihan pemain utama sampai sisi penceritaan. Sang sutradara dan tim produksi harus siap menerima kritik, terutama dari pihak keluarga tokoh yang akan diangkat dalam film.
Itu terjadi pada film Soekarno: Indonesia Merdeka, yang digarap sutradara kondang Hanung Bramantyo. Setelah menuai ketidaksetujuan dari Rachmawati, kini putra bungsu Bung Karno dari Fatmawati, Guruh Soekarno Putra, pun turut buka suara. Guruh menyatakan, ia pun tidak menyetujui pembuatan film Soekarno.
"Film tentang Bung Karno harusnya dibuat untuk mengembalikan dan mengenalkan Bung Karno tentang sejarah perjuangannya. Ini malah dari segi komersialisasi," kata Guruh saat ditemui di FX Senayan pada 21 Agustus 2013.
Guruh mengatakan, pada dasarnya, ia berharap sosok ayahnya tersebut dapat diperkenalkan pada generasi muda agar mereka mengenal sejarah bangsanya sendiri.
Guruh menyayangkan tidak ada upaya konsultasi yang dilakukan pihak pembuat film mengenai karakter Bung Karno itu sendiri. "Tidak ada yang memberi tahu skenarionya. Mereka melakukan pendekatan seolah sudah ada yayasan atau anak Bung Karno yang memberi restu," katanya.
Guruh pun mengungkapkan keinginannya untuk membuat film tentang Presiden pertama Indonesia tersebut.
"Saya sendiri malah ingin bikin film Bung Karno, tapi masih rencana," tuturnya. Dia kembali menjelaskan bahwa membuat film tentang Bung Karno itu harus hati-hati.
Hingga kini, Guruh mengaku masih belum melihat ada orang yang pantas atau cocok memerankan sosok Bung Karno. "Saya sudah lihat bertahun-tahun, tidak ada orang yang pantas atau cocok berperan sebagai Soekarno," kata dia.
Menurut dia, walaupun sempat ada yang mendekati secara fisik, tapi karakter yang dimiliki tidak tepat, begitu pun sebaliknya, "Ada yang karakternya mendekati, tetapi segi fisik tidak begitu cocok."
Guruh menilai, sebaiknya film tentang Soekarno dibuat seperti membuat film tentang para nabi. Maksudnya, sosok Soekarno tidak perlu ditampilkan secara utuh, cukup diperlihatkan bagian belakangnya, atau pun lewat suara, dan gerakan tertentu. Guruh pun membantah kalau disebut ingin menjadikan sosok Soekarno sebagai tokoh yang dikultuskan.
"Konsep lain, ya, bikin film Soekarno dalam bentuk animasi," katanya. Hal tersebut ia usulkan karena tidak adanya aktor yang mampu memerankan sosok Soekarno secara utuh, baik fisik maupun karakter.
AISHA S
Topik Terhangat
Korupsi Hambalang | SBY Vs Jokowi | Suami Ratu Atut Meninggal | Suap Akil Mochtar | Adiguna Sutowo |
Berita Terpopuler
Penghianatan G 30 S PKI, Menuai Kejanggalan Sejarah
Eddies Adelia Terima Aliran Dana Ferry Setiawan
Robert Pattinson Kembali Goda Dylan Penn
Parade Juang Meriahkan Hari Pahlawan di Surabaya
Adegan Mesin Jahit di Film Habibie & Ainun