TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, pemerintah berkukuh ingin mengaudit PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) terhitung hingga November 2013. Alasannya, akuisisi 100 persen saham perusahaan itu dilakukan pada November 2013.
"Audit yang ada hingga Maret, sedangkan pengambilalihan sahan ada di bulan November. Maka, apa pun hasilnya, audit harus November," kata Hatta di kantor Kementerian koordinator Perekonomian, Jakarta, Selasa, 12 November 2013.
Hatta mengatakan, keinginan agar audit hingga November juga untuk mengetahui kinerja perusahaan sehingga diketahui berapa nilai yang pantas untuk akuisisi perusahaan itu. "Jepang kan tetap ingin US$ 558 juta. Kalau audit sebelum November di bawah itu, kan sulit," katanya.
Hatta mengatakan bahwa tim audit hingga saat ini masih bekerja. Pertemuan antara pihak Indonesia dengan Nippon Asahan Aluminium Ltd (NAA) juga akan berlangsung hari ini di Sungapura. Dia mengaku belum tahu perkembangan pertemuan tersebut. "Kami harapkan ada titik temu," kata Hatta.
Sebelumnya, pada 31 Oktober, atau tenggat kontrak pengelolaan Inalum, NAA melaporkan kekisruhan mengenai transfer sahamnya ke Centre for Settlement of Invesment Disputes (ICSID) di Washington, Amerika Serikat. Pengaduan tersebut diutarakan NAA lantaran pihaknya tidak sepakat atas nilai kompensasi saham yang ditawarkan pemerintah.
Menurut NAA, nilai buku Inalum hingga Maret 2013 mencapai US$ 626,1 juta. Angka ini mencakup inventaris, nilai aset, pembangkit listrik, dan smelter. Namun nilai buku tersebut dibantah oleh pemerintah Indonesia. Sebab, berdasarkan audit akhir Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), nilai buku Inalum hanya sebesar US$ 424 juta.
ANGGA SUKMA WIJAYA