TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan produksi gas akan mencapai puncak pada 2018. "Sebesar 10 ribu juta kaki kubik per hari atau million standard cubic feet per day (MMSCFD)," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Edi Hermantoro, dalam seminar "Improved Gas Recovery Forum", Selasa, 19 November 2013.
Ia menyebutkan beberapa lapangan yang mendorong produksi gas adalah lapangan gas di Blok Masela (Laut Arafura), Blok Tangguh (Papua), serta Blok Natuna (Riau). Edi menuturkan, lapangan gas baru tidak akan mampu menahan laju penurunan produksi.
"Jadi tidak bisa menutup kebutuhan setelah 2020," ucapnya. Oleh karena itu, Edi melanjutkan, diperlukan eksplorasi gas di cekungan baru. Ia mengatakan pemerintah Indonesia akan mengoptimalkan produksi gas untuk memenuhi kebutuhan domestik.
Sebelumnya, Plt Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Johanes Widjonarko, menyatakan, pada masa mendatang, produksi gas akan mendominasi. "Era produksi minyak sudah lewat," ujar dia.
SKK Migas menetapkan tahun 2013 sebagai tahun pengeboran. Johanes menuturkan, produksi gas akan meningkat dan penggunaan gas juga diprediksi mendominasi industri. Ia menjelaskan, Indonesia sudah tidak dapat bergantung banyak pada produksi minyak.
"Indonesia memiliki cadangan gas terbesar ke-12 di dunia," ucapnya. Indonesia, kata Johanes, mempunyai 387 lapangan gas dengan 258 lapangan yang berproduksi. Ia menuturkan, persentase recovery lapangan-lapangan gas tersebut mencapai 64,7 persen.
Produksi gas di Indonesia, ia menjelaskan, mengalami kenaikan 7 persen dalam kurun 2007-2011. Johanes mengungkapkan, Indonesia harus mengoptimalkan keseimbangan ekspor dan impor gas. Menurut dia, kendala-kendala yang dihadapi adalah keterbatasan infrastruktur, termasuk penghubung antara produsen dan trader. "Pemerintah memproyeksikan distribusi gas alam mencapai 7,15 juta kaki kubik per hari (MMSCFD)," kata Johanes.
MARIA YUNIAR