Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

FITRA: WTO Rampas Kedaulatan Anggaran Indonesia  

Editor

Zed abidien

image-gnews
Pekerja membongkar muatan kedelai impor di Bandung, Jawa Barat, Jumat (29/1). Kebutuhan kedelai nasional sekitar 2,2 juta ton per tahun. Produksi lokal sekitar 600 ribu ton., sisanya diimpor dari Amerika dan Argentina. TEMPO/Prima Mulia
Pekerja membongkar muatan kedelai impor di Bandung, Jawa Barat, Jumat (29/1). Kebutuhan kedelai nasional sekitar 2,2 juta ton per tahun. Produksi lokal sekitar 600 ribu ton., sisanya diimpor dari Amerika dan Argentina. TEMPO/Prima Mulia
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti senior Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Yeni Sucipto mengecam penggunaan uang negara dalam penyelenggaraan Konferensi Tingkat Menteri WTO di Bali bulan depan. Apalagi, dia berpendapat, uang itu digunakan untuk membiayai sebuah perundingan yang justru akan merugikan rakyat. "WTO merampas kedaulatan anggaran kita," ujarnya dalam konferensi pers, Ahad, 24 November 2013.

Yeni menyatakan dirinya belum mendapat data rinci anggaran yang akan dikeluarkan oleh Kementerian Perdagangan untuk membiayai pertemuan tersebut. Namun, sebagai pembanding, pertemuan 21 petinggi negara dalam Konferensi Tingkat Tinggi APEC Oktber lalu menghabiskan anggaran tak kurang dari Rp 352,88 miliar. "Untuk WTO yang mengundang 159 menteri saya kira tak akan kurang dari itu," ujarnya.

Tak hanya menyoal anggaran pertemuan, Yeni juga menyatakan bahwa Paket Bali, yang bertujuan menyelesaikan sebagian isu kunci dalam Putaran Doha, masing-masing: Trade Facilitation, LDCs package, dan Agriculture tak akan memberikan keuntungan bagi negara-negara berkembang.

Menurut Yeni, melalui ketiganya, arus barang dan jasa dari negara maju akan lebih mudah masuk ke negara berkembang dan kurang berkembang, termasuk ke Indonesia. Bahkan, negara berkembang terancam kehilangan kesempatan meningkatkan produksi pangan domestiknya bila negara maju menolak proposal pemberian subsidi pertanian dan cadangan pangan yang diusulkan oleh G33 yang disponsori India.

Yeni mencatat berbagai subsidi spesifik rakyat miskin (subsidi pangan, pupuk, benih, minyak goreng, dan kedelai) cenderung mengalami penurunan. Seperti yang terlihat pada penurunan alokasi subsidi non-energi dari 4,67 persen (Rp 57,4 triliun) pada tahun 2011 menjadi 2,84 persen (Rp 40,3 triliun) pada tahun 2012.

Bahkan, saat pemerintah mencabut subsidi BBM 2008, yang seharusnya dikompensasi dengan naiknya subsidi non-energi, justru alokasinya ikut mengalami penurunan dari 5,3 persen menjadi 4,64 persen. Satu-satunya kenaikan subsidi non-energi hanya terjadi di tahun 2010 sebesar 5,5 persen, setelah itu terus turun. "Bahkan, subsidi minyak goreng dan kedelai telah dihapus sejak tahun 2008 lalu," kata Yeni.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kebijakan pemerintah ini, kata Yeni, sangat berkorelasi dengan agenda WTO yang melakukan penghapusan terhadap subsidi domestik. Pemerintah telah nyata-nyata melakukan beberapa pengurangan subsidi, bahkan menghapus beberapa subsidi untuk rakyat sejak tahun 2008. "Hal ini mengakibatkan impor bahan baku seperti kedelai, beras dan lainnya semakin merajalela hingga menyebabkan rapuhnya perekonomian nasional kita," kata Yeni.

Berbeda dengan Indonesia, negara-negara maju justru terus memperbesar subsidi di sektor pertaniannya. Sebagai ilustrasi, di 2010 saja, subsidi pertanian di Amerika Serikat mencapai US$ 130 miliar. Begitu pun di Uni Eropa, yang memberikan subsidi mencapai US$ 106 miliar di 2009.

Oleh karena itu, Yeni mengecam keputusan buruk pemerintahan Susilo Bambang Yudhono yang bersedia menjadi tuan rumah dan berkomitmen melanjutkan negosiasi perdagangan bebas multilateral dalam kerangka WTO di Bali nanti. Keputusan-keputusan buruk yang akan dihasilkan akan memberikan dampak negatif bagi rakyat Indonesia dan menjadi beban bagi pemerintahan pasca-Pemilu 2014. "Lebih daripada itu, pertemuan WTO di Bali jelas merupakan ancaman bagi keberlanjutan kehidupan petani, nelayan, dan menambah angka kemiskinan," katanya.

Selain itu, Yeni juga mendesak pemerintah untuk menghentikan praktek pengurangan subsidi-subsidi rakyat. Pemerintah, menurut dia, harus lebih berpihak pada pembangunan sektor pertanian, kelautan dan perikanan, serta pengembangan industri nasional.

PINGIT ARIA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Indonesia Akan Gugat Uni Eropa ke WTO, Soal Apa?

13 November 2019

Petugas menunjukkan sampel bahan bakar minyak (BBM) B-20, B-30, dan B-100 di Jakarta, Selasa, 26 Februari 2019. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengatakan, bahwa Indonesia dapat menggunakan campuran dari bahan nabati seperti minyak sawit dalam solar hingga 100 persen atau biodiesel 100 (B-100) pada tiga tahun mendatang. TEMPO/Tony Hartawan
Indonesia Akan Gugat Uni Eropa ke WTO, Soal Apa?

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto memastikan Indonesia bakal menggugat Uni Eropa ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).


Banding RI Atas Putusan WTO Diajukan Januari

27 Desember 2016

Sejumlah aktivis LSM lintas negara berunjuk rasa di lokasi pelaksanaan Konferensi Tingkat Menteri ke-9 Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Nusa Dua, Bali, (6/12). Mereka mendesak WTO untuk menghasilkan kebijakan yang seimbang antara negara berkembang dan negara maju. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Banding RI Atas Putusan WTO Diajukan Januari

Ada beberapa peraturan yang disengketakan Amerika Serikat dan Selandia Baru sudah diamendemen selama proses sengketa berlangsung.


Paket Bali Beri Kelonggaran Subsidi Pertanian  

8 Desember 2013

Seorang aktivis melakukan aksi memperingati kematian Lee Kyung Hae petani korea saat Konferensi WTO di Nusa Dua, Bali, (5/12). Lee Kyung Hae yang meninggal karena menusuk dirinya sendiri karena menolak konfrensi WTO ke-5 di Cancun, Korea. TEMPO/Johannes P. Christo
Paket Bali Beri Kelonggaran Subsidi Pertanian  

Selama jangka waktu tertentu, negara-negara berkembang dapat memberikan subsidi pertanian di atas ketentuan 10 persen.


Pengamat: WTO Rugikan Indonesia  

8 Desember 2013

Sejumlah aktivis dan petani dihadang oleh anggota polisi dan TNI saat melakukan aksi unjuk rasa menentang WTO di depan gerbang tempat berlangsungnya Konferensi Tingkat Menteri ke-9 World Trade Organization di Nusa Dua, Bali, (6/12). TEMPO/Johannes P. Christo
Pengamat: WTO Rugikan Indonesia  

Dalam Paket Bali yang disepakati tersebut, jika subisidi pertanian tidak ditingkatkan, maka petani di Indonesia akan banyak yang miskin.


WTO : Paket Bali Ciptakan Keuntungan US$ 1 triliun

7 Desember 2013

Suasana pembukaan Pertemuan Tingkat Menteri Kelompok Cairns di Bali (8/6). Pertemuan tersebut untuk mendorong negara anggota WTO mencapai kesepakatan pada perundingan tentang pertanian di Doha. Foto: ANTARA/Nyoman Budhiana
WTO : Paket Bali Ciptakan Keuntungan US$ 1 triliun

Ini adalah keuntungan dari poin fasilitasi perdagangan.


Paket Bali Disepakati, Konferensi WTO Berakhir

7 Desember 2013

Anggota delegasi berdiskusi pada hari kedua Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-9 Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) di Bali Nusa Dua Convention Centre (BNDCC), Badung, Bali, Rabu (4/12). ANTARA/Andika Wahyu
Paket Bali Disepakati, Konferensi WTO Berakhir

Pertama kali dalam sejarah, WTO membuahkan kesepakatan.


Ada Hiu Dikeroyok Ikan Kecil di Konferensi WTO  

6 Desember 2013

Sejumlah aktivis LSM lintas negara berunjuk rasa di lokasi pelaksanaan Konferensi Tingkat Menteri ke-9 Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Nusa Dua, Bali, (6/12). Mereka mendesak WTO untuk menghasilkan kebijakan yang seimbang antara negara berkembang dan negara maju. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Ada Hiu Dikeroyok Ikan Kecil di Konferensi WTO  

Unjuk rasa terus dilakukan kelompok masyarakat dan LSM mengiringi Konferensi Tingkat Menteri World Trade Organization (WTO) yang sedang berlangsung di Nusa Dua, Bali.


Tolak WTO, Indonesia Disebut Boneka Amerika

6 Desember 2013

Sejumlah aktivis membawa spanduk dan poster saat aksi memperingati kematian Lee Kyung Hae petani Korea disela-sela Konferensi Tingkat Menteri ke-9 World Trade Organization (WTO) di Nusa Dua, Bali, (5/12). TEMPO/Johannes P. Christo
Tolak WTO, Indonesia Disebut Boneka Amerika

Mereka juga mengecam sikap Indonesia yang seolah menjadi boneka dan kaki tangan Amerika yang disebut imperialis.


Tolak WTO, LSM Indonesia Dukung Perjuangan India  

6 Desember 2013

Seorang aktivis meletakan lilin saat aksi memperingati kematian Lee Kyung Hae petani korea saat Konferensi Tingkat Menteri ke-9 WTO di Nusa Dua, Bali, (5/12). TEMPO/Johannes P. Christo
Tolak WTO, LSM Indonesia Dukung Perjuangan India  

"Ini bicara soal kedaulatan."


Hari Terakhir, Konferensi WTO Masih Alot

6 Desember 2013

Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi. ANTARA/M Agung Rajasa
Hari Terakhir, Konferensi WTO Masih Alot

India dan Amerika Serikat masih tidak sepaham mengenai subsidi dan mekanisme kuota ekspor produk pertanian.