TEMPO.CO, Jakarta - Perundingan Indonesia dengan Nippon Asahan Alumunium (NAA) mendekati final. Senin 25 November 2013 besok, tim perunding Indonesia akan bertolak ke Jepang untuk merumuskan pengakhiran perjanjian terkait akuisisi Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) tersebut. Pengakhiran kerja sama (termination agreement) sedianya dilakukan sebelum 1 November atau sebelum pengambilalihan aset oleh Indonesia.
"Untuk membuat kata-kata final, kita memutuskan mengirim tim ke Tokyo hari Senin. Untuk mengakhiri kan harus ada beberapa kalimat,hal-hal yang substansial, kalau tidak diselesaikan bisa-bisa mengganggu. Kami menganggap akan lebih sopan jika kita mengirim tim khusus," kata Menteri Perindustrian, Mohamad Suleman Hidayat, di Jakarta, Ahad, 24 November 2013.
Menurut dia, tim yang akan bertolak ke Jepang terdiri dari perwakilan Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan, Kementerian Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Hidayat mengatakan secara substansial tidak ada perubahan yang akan dibahas oleh tim perunding. Harga akuisisi yang diajukan Indonesia tetap US$556 juta dengan post audit. "Angkanya sama, kondisinya sama jadi tidak ada perubahan secara substansi," katanya.
Hidayat mengatakan tim perunding akan berada di Jepang selama sehari dan kemudian kembali ke Jakarta untuk merumuskan penandatangan pengakhiran kerja sama antara Indonesia dan NAA. Ia menargetkan penandatangan dilakukan pekan depan karena Indonesia berharap akuisisi Inalum sudah selesai saat presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan kunjungan kerja ke Jepang pada 12-15 Desember mendatang.
"Saya targetnya kalau bisa ditandatangani minggu depan karena tanggal 12-15 Desember presiden mau ke Tokyo. Saya harapkan sebelum itu sudah selesai," katanya. Mengenai post audit, Hidayat mengatakan teknis post audit termasuk penunjukan auditor independen akan dilakukan setelah penandatanganan pengakhiran kerja sama dilakukan.
ANANDA TERESIA