TEMPO.CO, Jakarta--Besar di bawah didikan ayah yang polisi tidak serta-merta membuatnya tumbuh menjadi anak laki-laki yang diharapkan pada umumnya. Lahir dengan nama Yopi Uktolseya, pada 14 Juli 1943, pria bertubuh tambun ini lantas mengganti nama menjadi Yoti saat memutuskan menjadi waria.
Yoti sama sekali tak tahu bakal menjadi waria. Namun, ia merasa memiliki hasrat menjadi seorang perempuan sejak kecil. Ia mengatakan sering digoda oleh bawahan ayahnya. "Aku kalau lewat bawahan atau teman ayah, suka dicolek atau digoda," kata Yoti saat ditemui di rumah singgah waria, Rabu 20 November 2013.
Yoti mengatakan diusir keluarga setelah tertangkap basah sang ibu saat sedang tidur dengan seorang lelaki. Semenjak itu Yopi mulai menggunakan nama Yoti. Ia pun mulai mencari cara untuk dapat bertahan hidup dan mulai "menjajakan diri" di jalanan.
Dengan kemampuan memasak, Yoti lantas mencoba bekerja di atas kapal. Ia pernah berkelana di Singapura dan Malaysia. Pada 1998, ia kembali ke Indonesia dan memutuskan menjadi laki-laki.
Mirip dengan beberapa waria lansia yang lain, masa tua oma Yoti dihabiskan dengan hal yang menurutnya bisa bermanfaat. "Aku paling suka jalan sekitar sini, ketemu orang ngobrol, buat makanan untuk dijual, juga masak buat yang di rumah singgah, saling menemani dan menghibur satu sama lain, kita ngak tahu kan sampai kapan ada di sini," katanya. Simak Edisi Khusus Waria.
AISHA
Berita terkait:
Maryani, Pendiri Pesantren Waria Di Yogyakarta
Kisah Taman Lawang Di Jalan Latuharhary, Menteng
Ini Klub Gay Dan Waria Di Jakarta Sejak 1980
Pesantren Waria Yogyakarta Satu Satunya Di Dunia