TEMPO.CO, Semarang - Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tanjung menyuarakan agar calon presiden yang bakal diusung partainya dipilih dengan melibatkan pengurus daerah. Namun usul itu ternyata kandas di forum Rapat Pimpinan Nasional Partai Golkar. Meski permintaannya tidak diterima, Akbar Tanjung tidak kecewa.
“Tidak apa-apa. Saya tetap terikat dengan keputusan partai. Saya tentu ikut turun kampanye untuk memenangkan Golkar dan Ical,” kata Akbar, usai menjadi pembicara dialog kebangsaan di Universitas Diponegoro, Semarang, Senin, 25 November 2013.
Baca Juga:
Politikus senior Partai Golkar itu berjanji tidak akan maju sebagai calon presiden. Akbar menilai hingga kini tidak ada masalah yang mengganggu soliditas partainya. Bekas Ketua DPR itu menilai keputusan mengangkat Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie menjadi calon presiden memang tidak ada yang salah. Sebab, dalam aturan organisasi partai, rapimnas untuk memutuskan calon presiden hanya diikuti pengurus DPD I (tingkat kabupaten/kota).
Akbar mengaku punya pendapat bahwa capres sebaiknya melibatkan seluruh stakholders, termasuk DPD tingkat II. Namun usul itu tidak diterima. “Ical tetap sah sebagai calon presiden,” kata dia.
Akbar mengakui bahwa dirinya sempat perang dingin dengan Ical. “Saya perang dingin itu enggak apa-apa. Perbedaan ada, tapi tidak kurangi kebersamaan di partai,” kata dia.
Akbar juga menilai, secara politis bisa berbeda, tapi yang penting tidak mengganggu sendi-sendi kebersamaan di partai. Akbar menyatakan kerja Golkar dalam Pemilu 2014 memang berat. “Butuh kerja keras untuk realisasikan,” kata dia.
Selama ini Akbar sering menyuarakan perlunya sistem konvensi dalam menentukan calon presiden di Partai Golkar. Pada 2004, Akbar sukses menggunakan sistem itu dalam menjaring calon presiden.
Akbar pun jumawa, bahwa hasil sistem konvensi pada 2004 itu masih terasa hingga kini. Buktinya, hampir seluruh peserta konvensi Partai Golkar 2004 diprediksi bakal menjadi calon presiden pada 2014. Mulai dari Abu Rizal Bakrie, Wiranto, Surya Paloh, hingga Prabowo Subianto.
Bedanya, dari tokoh-tokoh tersebut, hanya Abu Rizal yang masih setia di Partai Golkar. Sementara yang lain sudah mendirikan partai sendiri-sendiri. Kala itu, Akbar juga menjadi salah satu peserta konvensi, tapi kalah dengan Wiranto. “Dalam konvensi 2004, saya sangat puas dan happy,” kata Akbar.
Pengamat politik dari Pol-Track Institute, Hanta Yudha, mengatakan Akbar Tanjung layak diberi label sebagai Bapak Konvensi di Indonesia. Sebab, saat Akbar memimpin Golkar, terbukti sukses menaikkan pamor partai warisan Orde Baru itu.
ROFIUDDIN