TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina EP menyatakan suplai gas dari Sumur Benggala di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara sebanyak 2,6 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) akan dijajaki untuk didistribusikan kepada PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). "Untuk membantu permasalahan listrik di Sumatera utara," kata Public Relations Pertamina EP, Agus Amperianto, melalui keterangan resmi, Selasa, 26 November 2013.
Agus menjelaskan, saat ini Benggala-01 sudah memasok 2,6 MMSCFD untuk PT Perusahaan Gas Negara (PGN) melalui jalur perjanjian jual beli gas (PJBG) eksisting. Agus menuturkan, kemampuan pasok gas Benggala-01 secara berkelanjutan berkisar antara 4,5 - 5 MMSCFD.
"Sehingga sisanya dari 2,6 MMSCFD itu akan dijajaki untuk didistribusikan ke PLN," ujarnya. Agus menyebut saat ini status PJBG dengan PLN dalam proses diskusi untuk menentukan skema yang tepat.
Pertamina EP, kata Agus, mengeluarkan biaya US$ 18 juta untuk pemboran Sumur Gas Benggala 01. Sumur tersebut memiliki kedalaman 3.400 meter. Selanjutnya, kata Agus, pemboran deleniasi akan dilaksanakan untuk mengembangkan sumur yang sudah dibor sebelumnya.
"Kami akan melakukan pemboran di Sumur Benggala 02 dan Benggala 03 sebagai pengembangan Sumur Benggala 01," ucap Agus.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Sumatera Utara, Tohar Suhartono, berharap gas dari Sumur Benggala dijual kepada industri, bukan kepada PLN. "Kebutuhan gas untuk industri Sumatera Utara mencapai 22 juta kaki kubik per hari. Industri sangat membutuhkan pasokan gas. Pengusaha berharap Menteri ESDM memutuskan gas Sumur Benggala untuk industri," kata Tohar kepada Tempo, September silam.
Krisis gas berkepanjangan, menurut Tohar, sudah mematikan lima perusahaan di Sumut dan menghentikan pendapatan ribuan karyawan pabrik. Jika gas Benggala tidak untuk indsutri, "Pengursaha sudah lampu merah," kata Tohar. "Kami tinggal tunggu berhenti."
MARIA YUNIAR