TEMPO.CO, Mataram - Bea Cukai diminta untuk mewaspadai masuknya mutiara non budi daya ke Indonesia. Sebab, produk Myanmar dan Cina dikhawatirkan mengganggu pemasaran mutiara budi daya di Lombok dan Sumbawa Nusa Tenggara Barat (NTB).
Direktur Jenderal (Dirjen) Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Saut Parulian Hutagalung, menjelaskan kekhawatiran ancaman mutiara air tawar tersebut, Selasa malam, 26 November 2013. "Bea Cukai harus mencegah mutiara dari luar," katanya, di sela Lombok Sumbawa Pearl Festival (Festival Mutiara Lombok Sumbawa) 2013.
Ini adalah festival keempat yang diselenggarakan di NTB merupakan kerja sama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata NTB.
Menurut Saut Parulian Hutagalung, produk mutiara di Indonesia mencapai 43 persen dari mutiara Laut Selatan. "Mutiara Lombok ini merupakan terbesar di dunia. Harus kita pertahankan," ujarnya. Untuk memperkuat daya saing, sedang dilakukan proses pengendalian. Termasuk melatih petugas memiliki keterampilan memeriksa kualitas mutiara yang masuk.
Kepala Dinas Kelautan Dan Perikanan NTB Aminolah, menyebut lemahnya regulasi sehingga masuknya mutiara produk luar Indonesia. "Terlalu banyak mutiara non budi daya yang masuk dari Cina," ucapnya.
Ketua Bidang Pengembangan Produk Asosiasi Budi Daya Mutiara Indonesia (ASBUMI) Ratna Zhuhry Mahyuddin, membenarkan adanya ancaman mutiara dari luar negeri tersebut. "Walaupun kelasnya murah," katanya kepada Tempo. Harganya sebiji hanya Rp 5 ribu, sedangkan mutiara hasil budi daya per gram mencapai ratusan ribu bahkan ada yang mencapai jutaan rupiah.
Pada saat diselenggarakannya festival 2011 lalu, transaksi yang dihasilkan pada saat pelelangan mencapai US$ 120 ribu atau sekitar Rp 1,2 miliar. Setahun kemudian, 2012, meningkat 33,33 persen transaksi pelelangannya US$ 98 ribu dan hasil pameran Rp 700 juta sehingga keseluruhannya mencapai US$ 175 ribu atau setara Rp 1,6 miliar.
Dirjen Pemasaran Kemenparekraf Esthy Reko Astuti, melihat potensi mutiara bisa menjadi daya tarik jika dikaitkan dengan industri kerajinan. "Kegiatan ini juga bisa menjadi produk wisata MICE," ucapnya. MICE adalah meeting, incentive, convention, exhibition yang bisa menghasilkan kunjungan wisatawan ke NTB. Bahkan, pada tahun 2014 mendatang akan ditingkatkan sebagai calender event wisata internasional.
SUPRIYANTHO KHAFID
Berita populer:
Ruhut Tantang Jokowi Berdebat
Tommy Soeharto Bantah Terima Suap dari Rolls-Royce
Tiga Skenario PDIP Agar Jokowi Jadi Presiden
SBY Belum Balas Surat, Oposisi Australia Khawatir