TEMPO.CO, Jakarta - Neraca perdagangan yang mengalami surplus dan laju inflasi yang masih terkendali, berhasil membangun kembali optimisme pelaku pasar atas perekonomian Indonesia. Di transaksi pasarmata uang hingga pukul 12.00 WIB, rupiah menguat 72 poin atau 0,60 persen menuju level 11.893 per dolar Amerika pada kurs Bloomberg.
Ekonom dari PT Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, mengatakan publikasi data ekonomi yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) memang menjadi katalis utama yang menggerakkan rupiah.
Baca Juga:
"Mendekati akhir tahun, data perekonomian Indonesia yang terlihat semakin membaik mendorong rupiah kembali bergerak positif," ujar Lana.
Neraca perdagangan Indonesia bulan Oktober mengalami surplus sebesar US$ 42,5 juta. Nilai ekspor Indonesia pada Oktober 2013 mencapai US$ 15,72 miliar, sementara impor mencapai US$ 15,67 miliar. Perbaikan neraca perdagangan terjadi karena ada penurunan dari sisi impor.
Sementara itu, laju inflasi November naik tipis menjadi 0,12 persen. Secara tahun kalender (Januari–November), tingkat inflasi masih berada pada angka 7,79 persen atau masih dalam target BI.
Selain suku bunga acuan (BI Rate), data-data ekonomi dalam negeri akan mempengaruhi persepsi pelaku pasar atas likuiditas dolar di dalam negeri. “Data itu penting untuk memahami sinyal kebijakan Bank Indonesia selanjutnya,” ujar Lana.
Hari ini, rupiah berpeluang melanjutkan penguatannya di kisaran 11.800 per dolar Amerika.
PDAT | MEGEL JEKSON