TEMPO.CO, Bantul - Sejumlah aktivis dari berbagai organisasi pegiat isu keberagaman berencana menggelar peringatan haul atau hari meninggalnya KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur pada 16 dan 30 Desember 2013 mendatang. Gabungan puluhan organisasi lintas iman dan etnis itu berupaya mengampanyekan kembali gagasan-gagasan mantan Presiden keempat RI tersebut mengenai pentingnya menghormati perbedaan dan kebhinekaan di Yogyakarta.
"Kami berniat menjadikan ini momentum untuk mengevaluasi makin banyaknya kasus intoleransi di DIY akhir-akhir ini," ujar Ahmad Ghozi Nurul Islam, Koordinator Panitia Peringatan Haul Gus Dur keempat kepada wartawan di Sekretariat LKiS, Sorowajan, Bantul pada Senin, 9 Desember 2013.
Ahmad mengatakan, peringatan Haul Gus Dur kali ini digelar untuk mempertemukan banyak aktivis organisasi beda agama, etnis dan paham keislaman agar berkomitmen membela keberagaman. Dia menjelaskan, pertemuan ini diharapkan akan menjadi agenda panjang menjaga DIY dari aksi dan isu intoleransi. "Semoga daerah lain meniru. Keberagaman dan perbedaan harus jadi kekuatan bukan malah masalah," kata dia.
Anggota panitia bidang acara, Rendra Setiawan, mengatakan peringatan Haul Gus Dur di Yogyakarta akan diisi dengan beragam kegiatan yang mengampanyekan isu anti kekerasan dan intoleran atas nama agama, kesukuan dan ideologi. Menurut dia, semua segmen acara dikemas untuk mengingatkan ke publik tentang masih banyaknya kelompok yang mendukung keberagaman dan kebhinekaan di DIY. "Pesannya, kekerasan atas nama perbedaan iman, etnis dan kepercayaan tak bisa lagi ditoleransi di DIY," ujar Rendra.
Dia menjelaskan peringatan Haul Gus Dur di Yogyakarta akan diawali dengan kirab budaya di Jalan Malioboro pada 16 Desember 2013. Kirab dan pentas seni, yang diramaikan oleh perwakilan pesantren, beragam organisasi mahasiswa daerah, ormas Islam, siswa sekolah umum dan sekolah bermacam agama, itu dimulai dari halaman DPRD DIY menuju Museum Serangan Oemoem 1 Maret. "Komunitas Tionghoa juga terlibat dengan barongsainya," kata dia.
Baca Juga:
Di Museum Serangan Oemoem 1 Maret, panitia akan menggelar panggung terbuka. Sejumlah tokoh agama dan budaya sudah diundang untuk memberikan orasi budaya dan melakukan pembacaan puisi bertema penghormatan pada keberagaman.
Mereka mengundang Sultan Hamengkubuwono X, Gus Mus, Sobari, Buya Syafii Maarif, Istri Gus Dur dan tokoh agama non-muslim untuk menyampaikan orasi kebudayaan. "Sebagian menyatakan pasti datang, sebagian lain belum," kata dia.
Rendra mengatakan, penyelenggara peringatan Haul Gus Dur di Yogyakarta berharap Gubernur DIY, Sultan Hamengkubuwono X bersedia menyampaikan orasi di acara itu. Menurut dia seruan Sultan agar DIY tetap menjadi tempat subur bagi keberagaman memiliki makna penting dalam masa-masa sekarang. "Akhir-akhir ini, ekskalasi kekerasan akibat intoleransi meningkat di DIY," kata dia.
Peringatan Haul Gus Dur di Yogyakarta akan dilanjutkan dengan acara tahlil bersama dan pengajian umum di kompleks Puro Pakualaman pada 30 Desember 2013. "Kami menggelar doa bersama untuk Gus Dur yang mengundang masyarakat umum dan tokoh lintas agama," kata dia.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM
Berita populer:
Artijo, Hakim 'Killer' di Mata Koruptor
Ini Koleksi Vila Para Jenderal di Citamiang
Tabrakan Kereta Ulujami Mirip Tragedi Bintaro
Kerusuhan Pecah di Little India Singapura