TEMPO.CO, Surakarta - Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Surakarta, Jawa Tengah, hingga kini masih menanggung kerugian rata-rata Rp 20 miliar per tahun. General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Adi Soemarmo Surakarta, Abdullah Usman, mengatakan defisit terjadi karena pendapatan setahun tak cukup untuk membiayai biaya operasional setahun. “Bahkan, tahun ini defisit Rp 21 miliar,” ujarnya, Selasa, 10 Desember 2013.
Dia berusaha mengurangi defisit dengan meningkatkan pendapatan. Tahun depan pengelola bandar udara menargetkan pendapatan sebesar Rp 70 miliar. “Sehingga defisit bisa berkurang 50 persen dari sekarang,” kata Abdullah. Masalahnya, sumber pendapatan utama Bandara Adi Soemarmo masih dari pesawat dan penumpang.
Padahal, kata Abdullah, saat ini hanya ada lima maskapai yang membuka penerbangan ke Surakarta. Itu pun sebagian besar untuk rute Surakarta-Jakarta. Hanya dua maskapai yang membuka rute non-Jakarta, yaitu Silk Air rute ke Singapura dan AirAsia untuk rute ke Kuala Lumpur. Jadwal penerbangan pun tidak setiap hari.
Silk Air dan AirAsia hanya beroperasi Selasa, Kamis, dan Sabtu. Sedangkan untuk rute ke Jakarta, Garuda Indonesia punya lima kali jadwal penerbangan sehari, Lion Air lima kali penerbangan sehari dan Sriwijaya Air tiga kali penerbangan dalam sehari.
Abdullah mengatakan per 15 Desember 2013, maskapai yang membuka rute di baru bertambah satu. Maskapai Kal Star membuka rute ke Banjarmasin. Kal Star mengisi slot yang ditinggalkan Trigana Air untuk rute yang sama. Trigana menutup rute per 17 September 2013 setelah kalah bersaing dengan maskapai lain, terutama yang berbasis di Yogyakarta dan Semarang.
Dia berharap Kal Star dapat bertahan lama dan menarik minat maskapai lain untuk membuka rute ke Solo. Terutama untuk rute non-Jakarta. “Saya optimistis pasar penumpang pesawat di Solo terbuka luas untuk dikembangkan,” ujar Abdullah.
UKKY PRIMARTANTYO