TEMPO.CO, Yogyakarta - Sedikitnya 50 ribu jiwa di Daerah Istimewa Yogyakarta terancam kebanjiran di musim hujan ini. Tidak hanya banjir, tapi juga terancam oleh potensi longsor. Sebab, intensitas hujan tinggi dan puncaknya diperkirakan pada Januari hingga Februari 2014.
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta telah menetapkan melalui surat keputusan Gubernur Yogyakarta siaga darurat bencana banjir dan tanah longsor, yaitu melalui surat nomor 317/kep/2013 tentang penetapan siaga darurat bencana. Ini berlaku mulai 13 Desember 2013 hingga 28 Februari 2014.
"Di akhir tahun ini juga diwaspadai wilayah wisata yang rawan bencana karena libur akhir tahun banyak wisatawan yang datang," kata Gatot Saptadi, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah DIY, Rabu, 18 Desember 2013.
Di Gunung Kidul warga yang terancam banjir dan tanah longsor sedikitnya ada 5.000 jiwa. Di Kabupaten Bantul paling banyak yaitu 20 ribu jiwa terancam bencana itu. Di Kulon Progo ada sebanyak 10 ribu jiwa. Di Sleman ada 5.000 jiwa dan Kota Yogyakarta ada 10 ribu jiwa.
Potensi pergerakan tanah dan berakibat longsor menyebar di mayoritas kecamatan. Ada 12 kecamatan dengan potensi longsor menengah hingga tinggi di Gunung Kidul. Sementara, Sleman ada 4 kecamatan yang potensi longsornya menengah-tinggi hingga banjir bandang.
Di Kulon Progo ada 7 kecamatan yang potensi longsornya menengah hingga tinggi. Di Bantul ada lima kecamatan dan di Kota Yogyakarta ada beberapa kecamatan yang berpotensi banjir yaitu wilayah yang dekat dengan sungai.
Daerah yang berpotensi pergerakan tanah menengah adalah jika curah hujan tinggi di atas normal (50 milimeter lebih) berada di daerah perbatasan lembah sungai, gawir, tebing jalan dan lereng. Sedangkan yang berpotensi tinggi adalah zona pergerakan tanah yang lama (sudah terjadi) akan muncul kembali akibat hujan dengan curah hujan tinggi.
Gatot menambahkan, saat ini sudah dioptimalkan rencana kontigensi menjadi rencana operasi pada saat terjadi bencana. Mempersiapkan titik-titik kumpul sebagai pusat evakuasi korban. Juga pengelolaan posko-posko kesiapsiagaan bencana. "Posko-posko kami dirikan," kata dia.
Soal dana, ia menyatakan, memang belum ada yang turun. Tetapi Badan Nasional Penanggulangan Bencana siap mengucurkan dana on call jika terjadi bencana di suatu wilayah. Selain itu dana darurat dari pemerintah provinsi juga siap.
Subandriyo, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta, menyatakan masih ada 40 juta meter kubik material pasca erupsi Merapi 2010. Potensi banjir lahar hujan masih ada, terutama di sungai-sungai yang berhulu di Merapi. "Potensi banjir lahar masih ada," kata dia.
MUH SYAIFULLAH
Baca juga:
Jokowi Minta Pemerintah Cabut Subsidi BBM di Jakarta
Ada Kernet Metromini Merangkap Bandar Ganja Besar
Pintu Tol Ditutup, Semanggi Dibebaskan dari 3 in 1
Sifon Bekasi untuk Pasok Air ke Jakarta