TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menilai keputusan bank sentral Amerika, The Federal Reserve (The Fed), yang mulai memberlakukan pemangkasan pemberian stimulus (tapering off) Januari tahun depan, memberikan dampak positif bagi pasar global termasuk pasar Indonesia.
“Dampaknya pada ekonomi global positif, yang istilahnya semua kondisi sudah diperhitungkan, sudah di-price-in. Walau tapering off jadinya tidak dilakukan Maret, beritanya lebih baik dari yang diperkirakan,” katanya seusai salat Jumat di Gedung Bank Indonesia, 20 Desember 2013.
Agus menilai pasar memberikan respons positif karena keputusan The Fed tersebut dilakukan dengan hati-hati, bertahap, dan tetap memperhitungkan beberapa faktor. Pertama, The Fed memangkas program stimulus secara bertahap, yaitu dimulai dengan US$ 10 miliar pada Januari 2014.
“Dan ini kan tidak langsung, ini karena tingkat pengangguran sudah berhasil diturunkan, yang tadinya 9 persen turun menjadi 7 persen,” katanya.
Selain itu, Agus menilai pasar merespons positif karena ada jaminan bahwa The Fed mempertahankan suku bunga pada kisaran 0-0,25 persen. The Fed, kata dia, juga menjamin suku bunga tidak akan berubah sampai tingkat pengangguran turun sampai 6,5 persen serta indikasi inflasi mencapai 2 persen.
“Jadi kita melihat, kalaupun sudah diturunkan stimulus moneter, bunga tetap dipertahankan. Untuk itu, kita jadi ada kepastian bahwa tingkat bunga tidak akan meningkat secara cepat dan akan dipertahankan dalam level rendah,” katanya.
Seperti diketahui, pada 18 Desember 2013 lalu waktu setempat, The Fed memutuskan untuk mengurangi stimulus moneter melalui pembelian obligasi mulai Januari 2014. Tapering off itu akan mereduksi pembelian obligasi bulanan, dari US$ 85 miliar menjadi US$ 75 miliar.
Komite The Fed menyatakan pembelian obligasi sebesar US$ 85 miliar per bulan telah memberikan kontribusi terhadap penciptaan lapangan kerja. Namun, jika tidak dikurangi, mereka khawatir muncul ketergantungan.
ANANDA TERESIA