TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, pemerintah belum perlu mencairkan swap meski bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) sudah memutuskan mengurangi stimulus moneter (tapering off) pada Januari 2014. Menurut dia, dengan disepakatinya agreement swap dengan sejumlah negara, sudah cukup memberi kepastian jika Indonesia mempunyai lini pertahanan kedua.
"Cadangan devisa masih lima bulan impor, masih cukup bagus. Tidak harus kita menggunakan. Malah kalau kita menggunakan itu berbahaya untuk pasar," kata Bambang di kantor Kementerian Keuangan, Jumat, 20 Desember 2013.
Bambang mengatakan, saat ini pasar sudah mengantisipasi akan dilakukan pengurangan stimulus moneter oleh The Fed. Menurut dia, gejolak pasar sudah terjadi saat Gubernur Federal Reserve Ben Bernanke pertama kali mengeluarkan pernyataan akan melakukan pengurangan.
Dia tidak menampik jika kebijakan itu akan berdampak pada nilai tukar rupiah. Menurut Bambang, rupiah akan mencerminkan fundamentalnya. "Jadi, yang selalu saya katakan, mau apa pun kondisi di luar, yang paling penting perkuat fundamental, yaitu kebijakan diarahkan mengurangi current account deficit," katanya.
Bambang mengatakan, pemerintah juga sudah mengantisipasi jika tapering dilakukan. Dari sisi moneter, sudah disiapkan bilateral swap. Sementara dari finansial, sudah ada stanby loan. Untuk bond, Bambang mengatakan, pemerintah sudah menyiapkan bond stabilization framework. Sedangkan dari sisi anggaran, disiapkan pasal-pasal jika kejadian luar biasa. Adapun dari segi kebijakan fiskal, sudah keluarkan untuk mengurangi trade balance dan mendorong investasi.
"Jadi, saya pikir semuanya sudah. Tapi bukan berarti dengan mengeluarkan kebijakan itu, rupiah akan menjadi lebih baik, karena rupiah itu harus mencerminkan kondisi yang sebenarnya," katanya.
Indonesia sudah meneken kerja sama bilateral swap dengan sejumlah negara. Kesepakatan terbaru adalah dengan Jepang beberapa waktu lalu. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, Bank Indonesia bersama Bank of Japan telah menandatangani Bilateral Swap Arrangement (BSA) pada 12 Desember 2013. Ia mengatakan, Jepang menambahkan nilai swap-nya dari US$ 12 milliar menjadi US$ 22,76.
Bilateral Swap Arrangement berguna menjaga likuiditas valuta asing di dalam negeri saat ketidakpastian pengurangan bertahap (tapering) stimulus moneter oleh The Fed. Dikhawatirkan kebijakan The Fed terus memberikan tekanan pada pasar keuangan di berbagai negara.
ANGGA SUKMA WIJAYA