TEMPO.CO, Banda -Rumah pengasingan Hatta di Banda-Neira terdiri dari bangunan utama di depan dan bangunan tambahan di belakang. Pada teras bangunan tambahan berjajar tujuh bangku dan meja belajar model lama menghadap papan tulis kayu. Di sana dulu Hatta dan Sjahrir membuka kelas sore mengajar anak-anak Banda aritmatika hingga bahasa Inggris. Tim Tempo (penulis Agung Sedayu dan fotografer Ayu Ambong), mengunjungi rumah Wakil Presiden Indonesia pertama itu pada pertengahan Oktober lalu.
Des Alwi (1927-2010) dalam Sejarah Banda Naira mengatakan, Sjahrir memberi pelajaran anak-anak kecil, sedangkan anak yang lebih besar dididik Hatta. Seluruh pelajaran mereka sampaikan dalam bahasa Belanda. Diam-diam Hatta dan Sjahrir menyusupkan pendidikan patriotisme. Mereka mengajarkan bahwa Teuku Umar dan Diponegoro adalah pahlawan yang menentang penjajah, bukan pemberontak seperti yang dikatakan pemerintah Belanda. Hatta pernah mengajak anak-anak mengecat perahu dengan warna merah dan putih. Sedangkan Sjahrir kerap mengajak anak-anak naik perahu ke pulau Pisang yang berjarak beberapa kilometer dari Neira.
Di pulau gersang tidak berpenghuni itu Sjahrir mengajar mereka bernyayi lagu Indonesia Raya. Untuk mengenangnya, nama pulau itu kini diganti menjadi Pulau Sjahrir. Nama Hatta juga diabadikan menjadi nama salah satu pulau tidak jauh dari Pulau Sjahrir. Pulau Hatta terkenal dengan terumbu karang dan keanekaragaman ikannya. Hiu martir, lumba-lumba, dan paus kerap ditemui di sekitar pulau itu.
Seratusan meter dari rumah pengasingan Hatta berdiri bangunan Istana Mini Neira, tempat tinggal pemimpin VOC yang memiliki arsitektur mirip Istana Bogor. Depan istana terhampar pantai Neira menghadap pulau Banda Besar. Di pantai Neira itu dulu Hatta dan Sjahrir ditemani anak-anak kerap berenang. Pantainya bersih dan memiliki terumbu karang dangkal namun banyak bulu babi. “Karena itu biasanya Bapak berenang mengenakan sepatu kets, warnanya putih,” ujar putri Hatta, Meutia Farida Hatta Swasono, pada Tempo. Tim Tempo bertemu Meutia secara tak sengaja saat berkunjung ke Banda-Neira.
Di Neira juga terdapat rumah pengasingan Tjipto Mangunkusumo dan Iwa Kusumasumantri. Mereka berdua diasingkan di Banda sejak 1927. Rumah Tjipto luas dengan enam pilar besar menompang teras. Lemari kayu, kursi goyang, meja marmer persegi delapan. Rumah Iwan lebih kecil dan tidak banyak isinya selain kursi dan meja tua. Dulu hampir setiap Sabtu malam Hatta dan Sjahrir datang bertamu ke rumah Tjipto dan Iwa.
TIM TEMPO | AMIRULLAH
Topik Terhangat
Atut Ditahan | Timnas Vs Thailand | Mita Diran | Pelonco ITN | Petaka Bintaro
Berita Terkait
Wajah Atut Memerah Diduga Akibat Silikon
Awas, Kunyah Permen Karet Bisa Sebabkan Migren
Agnes Monica Tampil Seksi di Majalah Amerika
Sandal Jepit Havaianas Dijual Rp 10 juta?