TEMPO.CO, Banda Aceh - Ribuan warga dan pejabat yang memadati Taman Ratu Safiatuddin, Banda Aceh, Kamis, 26 Desember 2013 larut dalam doa dan zikir saat mengenang bencana tsunami yang terjadi sembilan tahun yang lalu. Pembacaan doa dipandu oleh pemimpin ESQ Ustad Ari Ginanjar, yang juga menyampaikan tausiah.
Banyak di antara warga yang terlihat menitikkan air mata karena terharu. “Mari terus bangkit menjadi besar setelah cobaan-cobaan,” kata Ari Ginanjar.
Wakil Gubernur Aceh Muzakkir Manaf mengatakan peringatan tsunami menjadi momen untuk memperbaiki iman dan menjaga generasi muda Aceh agar menjadi lebih baik. “Allah menguji suatu tempat untuk memberi pelajaran sehingga dapat lebih maju.”
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Azwar Abubakar yang hadir dalam acara itu menceritakan pengalamannya saat terjadi bencana tsunami. Kala itu Azwar masih menjabat sebagai Gubernur Aceh. “Terasa semuanya berat, tapi berduyun-duyun masyarakat dunia membantu kita,” ujarnya.
Azwar mengatakan, tanpa bantuan masyarakat dunia, maka Aceh tak mampu bangkit seperti sekarang. Oleh karena itu, Azwar menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bahkan ikut terlibat dalam rehabilitasi dan rekontruksi Aceh setelah tsunami.
Dalam acara itu Direktur Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Dody Ruswandi menyerahkan modul materi sosialisasi tentang tsunami. “Materi modul ini untuk disosialisasikan agar warga dapat memahami karakteristik gempa dan tsunami,” ucapnya.
Pada saat bersamaam di sejumlah lokasi lainnya warga juga larut dalam doa. Sampai siang hari warga masih berdatangan ke dua lokasi kuburan massal di Ulee Lheu, Banda Aceh, dan di Siron Lambaro, Aceh Besar. Di sana mereka mendoakan para korban sambil membaca ayat-ayat Al-Quran dan surat Yasin.
Di Desa Lambung, Ulee Lheu, hampir di seluruh rumah warga tampak bendera merah putih dipasang setengah tiang untuk mengenang tsunami. “Untuk mengenang hari duka tsunami, sembilan tahun lalu,” tutur tetua Desa Lambung, Yubahar Zaini.
ADI WARSIDI