TEMPO.CO, Jakarta - Masih minimnya kebutuhan dolar pada awal tahun serta rilis data ekonomi dalam negeri yang sesuai ekspektasi investor membuat rupiah mengawali tahun 2014 dengan penguatan.
Pada transaksi pasar uang hari ini, rupiah mengalami apresiasi 50 poin (0,41 persen) ke level 12.160 per dolar Amerika Serikat (AS).
Pengamat pasar uang Lindawati Susanto mengatakan, transaksi valuta asing yang cenderung sepi pada awal bulan sekaligus seusai liburan membuat permintaan dolar tidak terlalu besar. Momentum ini digunakan rupiah untuk melepaskan diri dari tekanan dolar. “Rilis data inflasi dan perdagangan yang sesuai ekspektasi semakin menambah laju rupiah.”
Selain transaksi valas yang sepi, rilis data-data ekonomi hari ini relatif juga sesuai dengan ekspektasi investor. Inflasi sepanjang Januari-Desember berada di 8,3 persen, jauh di bawah konsensus yang menyatakan sampai 9 persen, apalagi double digit. Selain itu, data neraca perdagangan surplus US$ 778 juta, menandakan ekspor mulai melebihi impor.
Menurut Lindawati, data-data ini membawa sentimen positif di pasar domestik. Berbeda dari regional yang cenderung mixed, bursa saham juga menghijau dan rupiah masih menguat. “Hal ini mengindikasikan keyakinan pasar menghadapi tahun 2014 cukup optimistis.”
Hingga pukul 17.10 WIB, rupiah masih menjadi satu-satunya mata uang Asia Tenggara yang menguat terhadap dolar AS. Ringgit, baht, peso, dan dolar Singapura melemah terhadap dolar AS. Hanya won Korea yang menguat 0,53 persen ke 1.050,25 per dolar AS, dan yuan menguat 0,07 persen ke 6,0508 per dolar AS.
PDAT | M. AZHAR