TEMPO.CO, Surakarta - Kepala Kepolisian RI Jenderal Polisi Sutarman menyatakan bahwa buku Abu Bakar Ba'asyir yang berjudul Tadzkirah menjadi salah satu penyebab maraknya aksi perampokan serta teror. Anak Ba'asyir, Abdurrochim, meminta Kapolri untuk menunjukkan bagian yang dimaksud.
"Kapolri hanya asal tuduh tanpa menunjukkan bagian mana yang dianggap sebagai pendorong aksi perampokan dan teror," katanya, Jumat, 3 Januari 2014. Menurut dia, pernyataan Kapolri merupakan upaya untuk selalu mengaitkan Abu Bakar Ba'asyir dengan terorisme.
Dia mengaku bahwa beberapa kawan yang berada di Jakarta sebenarnya sudah berusaha menemui Kapolri untuk melakukan klarifikasi. "Tapi, ya, menemui pejabat susahnya minta ampun," katanya. Pihaknya menyatakan siap untuk menjelaskan isi dari keseluruhan buku itu.
Abdurrochim menduga bahwa Kapolri baru membaca sebagian dari buku yang ditulis oleh ayahnya itu. "Kalau ingin memahami sebuah buku, harus dibaca keseluruhan, jangan parsial," katanya. Apalagi, buku Tadzkirah hanya salah satu dari tiga buku yang telah diterbitkan oleh Ba'asyir.
Dia malah meminta agar para pejabat di kepolisian membaca dengan lengkap tiga buku tersebut. "Silakan dibaca dengan hati yang bersih," katanya. Kebetulan, dia melanjutkan, buku-buku yang ditulis Ba'asyir memang berisi nasihat untuk para pejabat di pemerintahan.
Baca Juga:
Pernyataan Kapolri mengenai buku itu justru bakal memicu kontroversi yang membuat masyarakat semakin penasaran dengan isi buku itu. "Kami malah berterima kasih buku ini dipromosikan," katanya. Dia yakin banyak masyarakat yang akan mencari buku yang ditulis Ba'asyir selama berada di penjara itu.
Menurut Abdurrochim, buku Tadzkirah disusun sendiri oleh Ba'asyir. "Kemudian diterbitkan dengan dana pribadi," katanya. Selanjutnya, buku tersebut dikirim ke sejumlah pejabat di pemerintahan. Sayang, Abdurrochim mengaku tidak mengetahui jumlah buku yang telah dicetak.
AHMAD RAFIQ