TEMPO.CO, Jakarta - Kembali menguatnya dolar Amerika Serikat terhadap mata uang dunia menyebabkan laju rupiah kembali terganjal. Pada transaksi pasar uang hari ini, rupiah ditutup menyusut 20 poin (0,16 persen) ke level 12.180 per dolar AS. Rupiah terseret arus pelemahan yang dialami semua mata uang regional Asia.
Namun, bila dihitung selama sepekan, rupiah masih menguat 81 poin (0,66 persen) dibanding posisi pekan sebelumnya.
Baca Juga:
Pengamat pasar uang, Albertus Christian, mengatakan rilis data-data ekonomi Amerika yang membaik ditambah data manufaktur Cina yang melemah telah menguntungkan posisi dolar AS. "Perlambatan manufaktur Cina memunculkan risiko tambahan berupa terhambatnya ekonomi sehingga investor kembali memburu dolar sebagai safe haven."
Angka klaim penganggur bulan Desember turun ke 339 ribu orang, semakin menyusut dari bulan sebelumnya di 341 ribu. Berkurangnya jumlah klaim penganggur semakin menguatkan persepsi angka pengangguran di AS bisa ditekan ke bawah level 7 persen.
Untungnya, surplus perdagangan bulan November yang mencapai US$ 778 juta mampu menahan gempuran dolar AS sehingga rupiah tidak melemah terlalu dalam. "Tingginya angka surplus perdagangan diharapkan berjalan konsisten sehingga defisit perdagangan Januari-November 2013 senilai US$ 5 miliar bisa menyempit," ujar Albertus.
PDAT | M. AZHAR