TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih, mengatakan kenaikan harga elpiji tabung kemasan 12 kilogram sebesar Rp 1.000 per kilogram tidak berdampak besar terhadap inflasi. Dia memprediksi, tambahan inflasi akibat kenaikan tersebut sekitar 0,05 persen pada Januari 2014.
Lana mengatakan, tambahan inflasi itu didasarkan pada perhitungan dampak kenaikan harga elpiji baik langsung maupun tak langsung . "Kalau dampak langsungnya akan menambah inflasi 0,05 persen. Ditambah dampak tak langsung, seperti naiknya harga makanan dan sebagainya, akibat kenaikan harga elpiji maka tambahan inflasi menjadi 0,1 persen," kata Lana ketika dihubungi, Selasa, 7 Desember 2014.
Perhitungan itu berdasarkan bobot elpiji terhadap perhitungan inflasi, yakni 2 persen. Kenaikan harga Rp 12.000 per tabung setara dengan 17,14 persen terhadap harga semula yaitu Rp 70.000 per tabung. Asumsinya, elpiji kemasan 12 kg jumlahnya sekitar 20 persen dari seluruh elpiji yang digunakan masyarakat. (Baca pula: Soal Kenaikan Harga Elpiji, SBY Bercuit)
Sebelumnya, Pertamina menaikkan harga jual elpiji kemasan 12 kilogram dari sekitar Rp 70.200 menjadi Rp 117.708 per tabung mulai 1 Januari. Alasan perusahaan minyak milik negara ini menaikkan harga adalah elpiji kemasan ini tidak disubsidi pemerintah dan harga jualnya di bawah harga keekonomian yang sebesar Rp 10.800 per kilogram. Saat itu Pertamina menjual elpiji kemasan 12 kilogram seharga Rp 5. 850 per kilogram. Akibat selisih harga jual tersebut, tahun lalu kerugian dari bisnis elpiji sekitar Rp 5,7 triliun.
GALVAN YUDISTIRA
Terpopuler
Setelah Jokowi, Endriartono Sindir Erick Thohir
Alasan Utama Ahok Emoh Tinggal di Rumah Dinas
Saksi: Teroris Dayat Ditembak dari Jarak 1 Meter
Ini Bisnis Istri Polisi yang Kehilangan Berlian